Barat dan Rusia Bersitegang di Perbatasan Ukraina, Paus Fransiskus: Senjata Bukanlah Jalan yang Harus Diambil
JAKARTA - Paus Fransiskus menyerukan dialog internasional yang serius untuk menyelesaikan ketegangan, antara Barat yang dipimpin Amerika Serikat dengan Rusia di perbatasan Ukraina, mendesak kedua belak pihak untuk menghindari konflik bersenjata.
Paus mengatakan, dia berdoa untuk "Ukraina yang terkasih, untuk semua gereja dan komunitas agamanya dan untuk semua rakyatnya, sehingga ketegangan di sana diselesaikan melalui dialog internasional yang serius dan bukan dengan senjata."
"Senjata bukanlah jalan yang harus diambil. Semoga Natal ini membawa perdamaian ke Ukraina," ujar Paus Fransiskus kepada ribuan orang di Lapangan Santo Petrus untuk berkat dan pidato siangnya, mengutip Reuters 12 Desember.
Ukraina sebagian besar beragama Kristen Ortodoks, dengan umat Katolik dari Ritus Latin atau Ritus Bizantium membentuk sekitar 10 persen persen dari populasi di bekas wilayah Republik Uni Soviet.
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan pada Hari Sabtu, dia telah memberi tahu Presiden Rusia Vladimir Putin, Rusia akan membayar "harga yang mengerikan" dan menghadapi konsekuensi ekonomi yang menghancurkan jika menyerang Ukraina.
Adapun Ukraina menuduh Rusia mengumpulkan puluhan ribu tentara dalam persiapan untuk kemungkinan serangan militer skala besar.
Baca juga:
- Tuduh Ukraina Memobilisasi Artileri, Rusia: Negosiasi Penyelesaian Damai Menemui Jalan Buntu
- Ungkap Ada Staf CIA Bekerja di Pemerintahan Rusia pada 1990-an, Presiden Putin: Saya Membersihkan Semuanya
- Tegas Peringatkan Rusia untuk Tidak Menginvasi Ukraina, Menteri Pertahanan Inggris: Saya Tidak Ingin Melihat Perang
- Tentang Rezim Militer, Penduduk Myanmar Lancarkan Pemogokan Serentak dan 'Kampanye Hitam' Hari Ini
Sementara, Rusia membantah merencanakan serangan apa pun dan menuduh Ukraina dan Amerika Serikat melakukan perilaku tidak stabil, dan mengatakan pihaknya membutuhkan jaminan keamanan untuk perlindungannya sendiri.