Presiden Putin Minta Jaminan Keamanan dari Presiden Biden untuk Mengekang Ekspansi NATO di Perbatasan Rusia
JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengajukan permintaan kepada Presiden Amerika Serikat Joe Biden, untuk jaminan keamanan yang mengikat secara hukum yang akan mengenyampingkan perluasan NATO, kata Kremlin pada Hari Selasa setelah pembicaraan virtual antara kedua pemimpin.
Berbicara selama dua jam dengan Presiden Biden melalui panggilan video, Presiden Putin mengatakan NATO memperkuat potensi militernya di dekat perbatasan Rusia dan "melakukan upaya berbahaya untuk menaklukkan wilayah Ukraina," ujar Kremlin dalam sebuah pernyataan.
"Oleh karena itu, Rusia sangat tertarik untuk mendapatkan jaminan yang andal dan tetap secara hukum yang mengenyampingkan ekspansi NATO ke arah timur, serta penyebaran sistem senjata serang ofensif di negara-negara yang berdekatan dengan Rusia," jelas Kremlin mengutip Reuters 8 Desember.
Pihak berwenang Rusia telah mengatakan, hubungan NATO yang berkembang dengan Ukraina dan kemungkinan aliansi tersebut mengerahkan rudal yang ditargetkan terhadap Rusia, merupakan "garis merah" yang tidak akan diizinkan untuk dilintasi.
Dalam kesemptan tersebut, Presiden Putin juga mengatakan kepada Presiden Biden, dirinya menginginkan jaminan sistem serangan ofensif tidak akan dikerahkan di negara-negara yang dekat dengan Rusia, ungkap Kremlin.
Baca juga:
- Studi Inggris Sebut Mencampur Vaksin COVID-19 Pfizer atau AstraZeneca dengan Moderna Berikan Kekebalan Lebih Baik
- AS Boikot Diplomatik Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, China akan Ambil Tindakan Balasan yang Tegas
- Israel Lancarkan Serangan Udara ke Pelabuhan Latakia Suriah: Benteng Pasukan dan Dekat Pangkalan Udara Rusia
- Unjuk Kekuatan Militer, Presiden Zelenskiy Sebut Tentara Ukraina Mampu Gagalkan Rencana Penaklukan Rusia
Untuk diketahui, pembicaraan itu diadakan saat Barat menyuarakan keprihatinan Rusia akan menginvasi Ukraina, memperingatkan "tindakan ekonomi dan lainnya yang kuat" sebagai hukuman jika Moskow memulai konflik militer.
Sementara, Kremlin, yang mengatakan sebelum pertemuan Selasa bahwa mereka tidak mengharapkan terobosan, telah membantah menyembunyikan niat untuk menyerang Ukraina dan mengatakan bahwa postur pasukannya defensif.