JAKARTA - Di setiap agenda dan debat capres, calon presiden (capres) 2024 nomor urut dua Prabowo Subianto selalu memamerkan joget khasnya di depan publik. Joget itu kini menjadi viral dengan sebutan 'joget gemoy'. Joget gemoy disebut-sebut sebagai simbol ajakan kepada semua rakyat Indonesia khususnya generasi muda untuk merayakan pesta demokrasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 dengan riang gembira.
Tak hanya itu ada juga jargon yang kerap diucapkan paslon nomor urut dua ini setiap menyikapi suatu peristiwa dengan kata 'jogetin aja' atau 'senyumin aja'. Joget gemoy ini pertama kali dipertontonkan Prabowo Subianto pada saat mengambil dan mendapatkan nomor urut dua di Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI di Jalan Imam Bonjol, Jakarta Pusat, Selasa, 14 November.
Usai mendapatkan nomor urut dan berpidato, Prabowo Subianto yang saat itu mengenakan kemeja tangan panjang berwarna biru dan didampingi Gibran Rakabuming Raka saat berjalan kembali ke kursinya diiringi yel-yel dari partai pendukungnya. Dan tiba-tiba saja di depan para Ketua Umum Partai Politik yang hadir, Prabowo Subianto mendadak berjoget beberapa detik. Joget tersebut disambut gelak tawa para hadirin yang menyaksikannya, termasuk Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri. Dan di antara gelak tawa itu ada yang berteriak, "Prabowo gemoy!".
Berdasarkan penelusuran VOI, kata gemoy ini mulai dikenal sejak tahun 2020 di media sosial seperti Tik tok. Istilah gemay dan gemoy biasanya merujuk pada sesuatu atau seseorang yang sangat lucu dan menggemaskan. Istilah gemoy di awal 2021 kemudian menular ke kelompok selebriti. Salah satunya anak dari Krisdayanti, Aurel yang kerap memanggil adiknya yang menggemaskan, Arsyi dengan gemoy.
Kini istilah Gemoy yang kerap ditampilkan dalam kemasan kartun Prabowo-Gibran yang dibuat dalam kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan ditampilkan melalui iklan atau baliho raksasa di sisi jalan ibu kota. Pada hari pertama kampanye dimulai, baliho dan flyers gemoy prabowo-Gibran yang dibuat dengan AI banjir pesanan di Malang, Jawa Timur. Istilah gemoy tidak menutup kemungkinan menjadi bentuk gimik yang bisa dikapitalisasi.
Tim kampanye nasional (TKN) Prabowo-Gibran, Maman Abdurahman mengatakan istilah gemoy merupakan sebuah gimik yang positif dan natural tanpa mengesampingkan tawaran program-program kerja yang baik untuk bangsa dan negara.
Persamaan Gaya Kampanye Bongbong Marcos dan Prabowo Subianto
Juru bicara timnas Amin Surya Tjandra menyebut kampanye gimik Prabowo mirip dengan yang diterapkan Ferdinand Romualdez Marcos atau Bongbong Marcos, yang memanipulasi anak muda pada pemilihan presiden di Filipina 2022. Bongbong Marcos merupakan anak diktator Filipina, Ferdinand Marcos, yang berkuasa selama 21 tahun dan dianggap otoriter.
Gaya berkampanye Bongbong dan Prabowo nyaris mirip dan sama-sama berjoget di atas panggung. Aksi kampanye Bongbong yang berjoget mengenakan kaos berwarna hijau dengan kaca mata hitam bergantung langsung viral. Jogetnya Bongbong dikenal dengan nama Bongbong Marcos (BBM) Sara's Gemoy Dance.
BACA JUGA:
Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani menegaskan gemoy atau gimik kampanye yang dilakukan Prabowo-Gibran tidaklah melanggar prinsip demokrasi. "Kampanye dengan menggunakan gimik seperti itu, jelas tidak melanggar prinsip dari demokrasi. Semuanya akan kembali ke rakyat kok. Rakyat yang akan menentukan pilihannya melalui kotak suara," katanya Ahmad Mujani kepada VOI, Senin, 18 Desember.
Lantas apakah benar anak muda di Indonesia hanya cukup dijogetin saja atau diberikan gimik? Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Gadjah Mada Gielbran Muhammad Noor menegaskan tentu saja asumsi seperti itu salah. Dia juga menyebutkan sah-sah saja para kandidat capres dan cawapres itu memainkan gimik, namun jangan sampai berlebihan.
"Karena kalau berlebihan bisa menjadi wujud eksploitasi kebodohan masyarakat. Artinya dengan dijogetin atau diberikan gimik seperti itu masyarakat Indonesia sudah cukup puas dan para capres-cawapres dapat mendulang suara yang banyak. Saat ini kami anak muda dan rakyat sudah memaknai pesta demokrasi itu bukan hanya sekedar pesta tetapi titik balik bangsa," katanya dalam keterangan tertulis, Senin, 18 Desember.
Dia juga menuturkan waktu lima tahun merupakan waktu yang sangat singkat dan tentunya banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan para kandidat capres-cawapres. Dia menegaskan saat ini yang dikhawatirkan dari pesta demokrasi di tahun 2024 hanya fokus pada gimik tanpa memberikan satu pun gagasan yang berguna untuk bangsa.
"Kami para anak muda saat ini takut sekali dengan demokrasi yang fokus pada gimik. Saat ini di Yogyakarta, khusus untuk paslon nomor dua, banyak baliho besar-besar yang terpasang tapi gagasannya kecil," kata mahasiswa Fakultas Peternakan UGM angkatan 2019.
Kritik yang tak kalah menarik disampaikan komika Duta Triaji yang mengingatkan kepada tim TKN untuk tidak terlalu cepat percaya diri dan merasa. Dia meminta kepada tim TKN untuk melihat pelajaran dari PDIP yang sebelumnya terlalu percaya diri kalau Pak Jokowi masih akan bersama. "Buktinya dan kita lihat bersama saat ini justru pak Jokowi mendukung Pak Prabowo-Gibran," katanya.
Melihat debat kandidat capres kemarin disebutkan Duta juga sangat menarik. Menurut Duta, Prabowo saat ini merupakan sosok yang sangat entertaining, Anies sosok yang sangat jago dalam debat,dan Ganjar yang dinilai kebingungan atas arah tujuan debatnya.
"Dan acara debat capres ini masih tersisa dua lagi. Artinya masih ada dua kali lagi kita sebagai rakyat akan melihat Pak Prabowo untuk joget-joget lagi, Ini menurut saya adalah hal yang sangat menarik. Karena itu yang paling dinanti dari tiap debat calon presiden kali ini dan kalau bisa itu dimasukkan ke dalam rundown saja, Pak Prabowo joget-joget,"tandasnya.