Bagikan:

JAKARTA – Dua pelaksanaan debat calon presiden dan khususnya calon wakil presiden dinilai belum mencerminkan perdebatan antarnegawaran yang dibungkus dengan adat ketimuran. KPU diminta fokus hasilkan debat antar calon pemimpin bangsa.

Pakar Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Malang, Anang Sujoko menilai bahwa debat untuk level capres dan cawapres seharusnya mengedepankan perdebatan porsi strategi kebijaksanaan dan kedewasaan sebagai calon seorang pemimpin.

Dia melihat khususnya dalam debat cawapres, KPU sebagai penyelenggara terkesan membiarkan adanya penjebakan yang membuat kandidat terpojok karena tidak memiliki pemahaman dalam tema yang ditentukan.

“Saya melihat terutama di (debat) cawapres, KPU membiarkan kepada sebuah penjebakan-penjebakan dengan tema yang kemungkinan itu memang didesain, memang yang bersangkutan berkaitan masalah hukum tapi dijebak masalah-masalah ekonomi,” ujar Anang, Minggu 24 Desember.

Seharusnya, lanjut dia, debat berlangsung dengan memberikan ruang bagi kandidat untuk menyampaikan pemikiran dengan penyajian seorang negarawan. Bukan menjebak lawan debat hingga tak berkutik karena tak memahami tema.

“Demikian juga Pak Muhaimin dengan istilah ekonomi syariah yang memang betul-betul tidak dikuasai oleh kompetitornya. Tetapi saya melihat jika di bidang itu harusnya tidak membiarkan penyajian dengan pertanyaan-pertanyaan yang menjebak secara tema, membuat lawan tidak berkutik,” imbuhnya.

Anang menyarankan, dalam tiga kali pelaksanaan debat yang tersisa, KPU menjadikan ajang tersebut untuk menggali potensi pemikiran calon pemimpin ke depan.

“Penyajian debat capres dan cawapres yang memunculkan cara berpikir negarawan secara bijaksana bukan lagi menjebak lawan tidak berkutik. Itu tidak etis menurut adat ketimuran terutama dalam perdebatan calon negarawan,” tutupnya.