Habiskan Dana Rp1,4 Triliun untuk Meneliti Sinyal Alien, Ternyata Hasilnya...
Proyek Breakthrough Listen yang didanai oleh miliarder asal Rusia, Yuri Milner. (foto: dok. unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Sebuah sinyal yang sempat menghebohkan internet beberapa waktu lalu dan diklaim sebagai alien itu ternyata hanya gangguan dari teknologi radio di Bumi.

Dijuluki proyek Breakthrough Listen yang didanai oleh miliarder asal Rusia, Yuri Milner sebesar 100 juta dolar AS setara Rp1,4 triliun, telah meneliti pancaran gelombang radio yang diklaim sebagai tanda alien pada 2019 lalu. Meski demikian, faktanya itu bukanlah alien.

Sinyal yang dijuluki Breakthrough Listen Candidate 1 atau hanya BLC1, terdeteksi oleh radio teleskop Parkes Observatory di Australia, yang mengamati sistem bintang Proxima Centauri pada rentang panjang gelombang yang sangat besar pada tahun 2019. Pengamatan tersebut diketahui telah terbit dalam makalah di jurnal Nature Astronomy belum lama ini.

Proxima Centauri adalah bintang yang sangat menarik karena memiliki setidaknya satu planet yang mengorbit di zona layak huni, di mana tidak terlalu panas atau terlalu dingin untuk air di permukaan planet.

Dihimpun dari New Scientist, Selasa, 26 Oktober, sinyal misterius pertama kali ditemukan tahun lalu oleh Shane Smith, seorang mahasiswa sarjana di Hillsdale College di Michigan, yang bekerja sebagai peneliti magang pada proyek Breakthrough Listen.

Smith menyisir data yang dikumpulkan Parkes Observatory selama enam hari di bulan April dan Mei tahun sebelumnya. Teleskop telah melakukan pengamatan ke arah Proxima Centauri selama 26 jam. Sejatinya teleskop tidak berburu alien pada saat itu, tetapi sebaliknya memantau suar di permukaan bintang, yang dapat merusak peluang kehidupan untuk muncul di planet terdekat.

"Ini adalah interference radio buatan manusia dari beberapa teknologi, mungkin di permukaan bumi,” ujar salah satu penulis makalah tersebut, Sofia Sheikh.

Sinyal itu memang tampak cukup menarik pada awalnya, sehingga membuat para astronom melakukan pencarian selama hampir setahun untuk memahami asal-usulnya.

Selama pengamatan ini, lebih dari empat juta tanda sinyal radio ditangkap pada berbagai panjang gelombang. Salah satu yang disebut BLC1 ini seperti pancaran radio presisi dengan frekuensi sekitar 982 megahertz, yang berarti panjang gelombangnya sekitar 0,3 meter. Bersinar sekitar 2,5 jam pada 29 April 2019, frekuensinya perlahan meningkat, lalu menghilang.

Beberapa hal membuat BLC1 istimewa adalah pita frekuensi yang dicakupnya sangat sempit, mengesampingkan semua kemungkinan sumber gelombang radio astrofisika. Tidak ada pemancar terdaftar yang menggunakan frekuensi tersebut dalam jarak 1000 kilometer dari observatorium, dan itu berlangsung lebih lama daripada sinyal radio dari pesawat atau satelit yang lewat di atas teleskop.

Dari jutaan sinyal yang dianalisis oleh tim Breakthrough Listen sejauh ini, BLC1 satu-satunya yang tampak benar-benar alien. Setelah BLC1 terlihat dan ditandai, tim peneliti kemudian menggali melalui pengamatan arsip dari sistem Proxima Centauri, mencari sinyal yang mirip dengan yang satu ini.

Mereka menemukan 60 sinyal lain pada berbagai frekuensi yang sebaliknya hampir identik dengan BLC1. Semua sinyal itu masih terdeteksi saat teleskop menjauhi Proxima Centauri, yang menunjukkan bahwa sinyal tersebut dihasilkan oleh teknologi manusia di dekat observatorium.

Sementara BLC1 hanya terdeteksi saat teleskop diarahkan ke sistem bintang target. Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa itu kemungkinan besar dihasilkan oleh dua pemancar radio buatan manusia yang mengganggu.

"Mengingat tumpukan jerami jutaan sinyal, penjelasan yang paling mungkin adalah transmisi dari teknologi manusia yang kebetulan 'aneh' dengan cara yang tepat untuk mengelabui filter kami," kata Sheikh.

"Kami masih tidak dapat mengatakan dengan kepastian 100 persen bahwa BLC1 bukanlah sinyal dari teknologi alien, tetapi kemungkinan bahwa itu adalah alien sekarang tidak bisa dibuktikan," imbuhnya.