Krisis Chip Tak Kunjung Usai, Penjualan Ponsel Pintar Anjlok di Q3 2021
Penual;an ponsel pintar di seluruh dunia turun akibat kekurangan chip. (foto: dok unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Hampir satu tahun lebih kekurangan chip telah melanda di seluruh penjuru dunia, dan berbagai industri terkena imbasnya. Mulai dari smartphone, PC, bahkan otomotif seperti mobil. Peristiwa ini memengaruhi hampir setiap industri yang bergantung pada komponen komputer.

Laporan terbaru dari perusahaan riset, Canalys, kali ini industri smartphone semakin terkena dampaknya. Di mana pengiriman smartphone turun 6 persen tahun-ke-tahun (YoY) pada kuartal ketiga 2021.

Canalys mengatakan sebagian besar itu disebabkan oleh kekurangan komponen yang membuat perusahaan-perusahaan smartphone tidak mungkin memenuhi permintaan pasar.

“Kelaparan chipset telah benar-benar tiba. Industri smartphone berusaha untuk memaksimalkan produksi perangkat sebaik mungkin," ungkap Analis Utama Canalys Ben Stanton seperti dikutip dari Engadget, Senin, 18 Oktober.

Menurut perkiraan awal, Samsung saat ini masih mengirimkan perangkat terbanyak pada Q3 2021. Dengan memiliki total 23 persen pangsa pasar smartphone di seluruh dunia pada kuartal ini. Perusahaan yang berbasis di Korea Selatan itu menyatakan kabar baiknya adalah bahwa sekarang tidak lebih buruk daripada setahun yang lalu.

Pada posisi kedua, Apple berhasil meningkatkan pangsa pasarnya sebesar 3 poin persentase dari tahun ke tahun atau 15 persen. Namun, kinerja Apple cukup mengesankan karena laporan Q3-nya hanya berselang satu minggu dari penjualan resmi iPhone 13.

Meski juga terdampak krisis chipset, tetapi kemungkinan kekuatan rantai pasokan Apple membantunya berkembang di pasar yang menantang. Perusahaan ini adalah salah satu pelanggan terpenting TSMC, menguasai sebagian besar output chipnya.

"Di sisi penawaran, produsen chipset menaikkan harga untuk mengurangi pemesanan yang berlebihan, dalam upaya untuk menutup kesenjangan antara permintaan dan penawaran. Namun terlepas dari ini, kelangkaan tidak akan berkurang hingga tahun 2022. Akibatnya, serta tingginya biaya pengiriman global, merek ponsel pintar dengan enggan menaikkan harga eceran perangkat," jelas Stanton.

Sedangkan posisi ketiga dan seterusnya masih dirajai smartphone asal China, Xiaomi, Vivo dan Oppo. Ketiga perusahaan tersebut mengklaim 34 persen pangsa pasar. Di mana Xiaomi memiliki 14 persen pangsa pasar, Vivo dan Oppo berhasil mendapat 10 persen pangsa pasar.

"Persediaan smartphone sudah hampir habis, dan karena semakin banyak pelanggan mulai mengantisipasi siklus penjualan ini, gelombang permintaan yang akan datang tidak mungkin dipenuhi. Kemungkinan diskon smartphone tahun ini tidak akan terjadi sepenuhnya," tutur Stanton.