Bagikan:

JAKARTA – Aanya Thakur (9 tahun) dan kakaknya Ishaan Thakur (14 tahun) berhasil mendapatkan 30 ribu dolar AS (sekitar Rp428,6 juta) dari menambang kripto dalam waktu satu bulan. Saudara kandung itu mengungkapkan bagaimana mereka bisa mendapatkan uang sebanyak empat ratusan juta rupiah.

Keduanya mengaku “ingin mempelajari hal baru yang berkaitan dengan teknologi – dan juga menghasilkan uang sambil mempelajarinya,” sebagaimana dikutip dari CNBC.

Berdasarkan laporan dari Bitcoin.com News, kakak adik itu hanya menambang tiga mata uang kripto yakni Bitcoin (BTC), Ethereum (ETH) dan Ravencoin (RVN). Ishaan mempelajari cara menambang kripto dari video YouTube, kemudian dia mengalihfungsikan komputer Alienware-nya jadi rig penambangan. Aanya dan Ishaan mengawali aktivitas mining dengan menambang Ethereum.

“Menambang kripto sama seperti menambang emas atau berlian,” kata Ishaan ketika diwawancari CNBC.

“Daripada menggunakan sekop, Anda menambang dengan komputer. Alih-alih menemukan sepotong emas atau berlian di (tempat) penambangan, Anda menemukan cryptocurrency,” ungkapnya.

Keduanya menyukai aktivitas penambangan berkat sang ayah. Aanya dan Ishan memulai membuka perusahaan penambangan bernama Flifer Technologis.

“Kami sangat menyukainya (mining) sehingga kami mulai menambahkan lebih banyak prosesor [atau chip], dan menghasilkan $1.000 di bulan pertama kami,” kata Ishaan.

Tidak lama kemudian, di akhir bulan Juli mereka berhasil membeli peralatan mining seperti ASIC Antminers yang punya kemampuan SHA256, dan GPU Nvidia RTX 3080-Ti.

“Kami dapat memproses lebih dari 10 miliar algoritma Ethereum per detik,” ungkap Ishaan.

Menambang Kripto dengan Memanfaatkan Energi Terbarukan

Keberhasilan Aanya dan Ishaan tidak lepas dari dukungan ayah mereka, Raj, yang membantu aktivitas penambangan keduanya supaya tetap berjalan dan berkembang. Reporter CNBC Taylor Locke mengungkapkan bahwa Raj tidak memberitahu jumlah pinjaman untuk mendukung penambangan yang dilakukan kedua anaknya.

Thakur bersaudara yang tinggal di Texas itu memaparkan bahwa aktivitas penambangan kripto menggunakan “100 persen energi terbarukan.” Namun, keduanya tidak menyebutkan secara rinci energi terbarukan jenis apa yang digunakan.

“Kami pindah dari meja saya ke garasi, karena rumah menjadi terlalu panas dan berisik,” ujar Thakur bersaudara.

Aktivitas penambangan tidak lepas dari suara bising dan daya panas yang dikeluarkan mesin penambangan kripto. Oleh sebab itu mereka memindahkan alat penambangan ke pusat data ber-AC yang terletak di kota Dallas. Meski begitu, garasi masih tetap digunakan untuk menguji rig penambangan sebelum dipindahkan ke tempat barunya.

“Sekarang kami menggunakan garasi hanya untuk membangun dan menguji rig penambangan. Ketika mereka siap, kami memindahkannya ke pusat data profesional ber-AC di pusat kota Dallas.”