Bagikan:

JAKARTA - Para peneliti dari Lawrence Livermore National Laboratory di California Utara berhasil memecahkan rekor dunia dalam eksperimen fusi baru. Eksperimen fusi nuklir atau yang disebut Matahari buatan ini menghasilkan ledakan energi lebih dari 10 kuadriliun watt atau lebih dari 10.000 triliun watt.

Dalam eskperimen itu sebagaimana diwartakan Live Science, Senin, 23 Agustus, para ilmuwan menggunakan metode yang tidak konvensional untuk menciptakan fusi nuklir. Mereka menembakkan sinar cahaya yang intens dari laser terbesar di dunia pada pelet kecil hidrogen.

Para peneliti memfokuskan pada 192 laser raksasa yang ada di National Ignition Facility (NIF) ke pelet kecil seukuran kacang. Mereka bisa menghasilkan pelepasan energi sebesar 1,3 megajoule dalam 100 triliun detik atau jika digambarkan seperti 10 persen dari energi sinar Matahari yang mengenai Bumi.

Di samping itu, para peneliti berharap suatu hari nanti bisa mencapai titik impas atau pengapian pelet, di mana ia mengeluarkan 100 persen atau lebih banyak energi daripada yang diserapnya. Tidak hanya itu, dengan pencapaian ini dapat memperluas kemampuan meneliti senjata fusi nuklir, yakni misi inti NIF. Serta bisa mengarah pada cara baru menggunakan energi fusi nuklir.

Beberapa ilmuwan mengharapkan suatu hari nanti fusi nuklir juga bisa menjadi metode yang relatif aman dan berkelanjutan dalam menghasilkan energi di Bumi. Perlu diketahui, fusi nuklir adalah proses yang juga memberikan daya bagi Matahari dan bintang-bintang lainnya untuk bersinar.

"Hasil ini merupakan langkah maju bersejarah untuk penelitian fusi kurungan inersia (inertial confinement fusion), membuka rezim baru yang fundamental untuk eksplorasi dan kemajuan misi keamanan nasional kami yang kritis," ungkap direktur Lawrence Livermore National Laboratory, Kim Budil.

Fisikawan plasma dari SLAC National Accelarator Laboratory di Stanford University dan tidak terlibat dalam penelitian terbaru, Siegfried Glenzer mengatakan energi fusi nuklir ini bisa menonjol dalam upaya menggantikan bahan bakar fosil, dalam beberapa tahun terakhir didominasi seperti energi surya.

Menurut Glenzer menyatakan hal tersebut sangat menjanjikan untuk mencapai sumber energi yang tidak menghasilkan Co2, "Ini sangat menjanjikan bagi kami untuk mencapai sumber energi di planet ini yang tidak akan mengeluarkan Co2," kata Glenzer.