Bagikan:

JAKARTA - Twitter dikabarkan sedang menguji fitur baru, di mana pengguna dapat melaporkan sebuah tweet yang menyesatkan. Saat ini, fitur itu baru tersedia untuk beberapa pengguna di Amerika Serikat (AS), Korea Selatan dan Australia.

Pengguna yang terpilih akan diminta memilih sebuah tweet, dan menghasilkan tanggapan apakah tweet tersebut menyesatkan atau tidak. Pengguna akan disuguhkan dua kategori sekaligus, yakni politik dan kesehatan.

Dikutip dari Engadget, Rabu 18, Agustus, kategori politik mencakup bentuk misinformasi yang lebih spesifik seperti konten yang terkait dengan pemilu. Kategori kesehatan juga akan menyertakan opsi bagi pengguna untuk menandai informasi yang salah terkait COVID-19

Hal ini sejalan dengan upaya pengecekan fakta dan penghilangan informasi salah lainnya yang telah dilakukan Twitter selama satu setengah tahun terakhir. Perusahaan sebelumnya telah memperkenalkan tweet label untuk menghilangkan pemilihan informasi yang salah di platformnya.

Jejaring microblogging itu juga mengatakan mereka akan menjalankan eksperimen ini selama beberapa bulan sebelum memutuskan untuk meluncurkannya secara global. Namun, tidak setiap laporan akan ditinjau karena platform terus menguji fitur tersebut.

Tetapi data yang diperoleh melalui pengujian akan membantu perusahaan menentukan bagaimana mereka dapat memperluas fitur selama beberapa minggu ke depan. Uji coba tersebut dapat digunakan untuk mengidentifikasi tweet yang berisi informasi yang salah, dan berpotensi menjadi viral juga.

Meskipun baru percobaan, ini merupakan langkah signifikan bagi Twitter yang sebelumnya memiliki alat pelaporan terbatas untuk informasi yang salah pada platformnya. Tidak seperti Facebook, yang menggunakan jaringan besar pemeriksa fakta untuk menyanggah kebohongan. Inisiatif pengecekan fakta Twitter lebih terfokus dan tidak pada jaringan yang besar.