JAKARTA - Samsung baru saja meluncurkan duo maut ponsel lipat Galaxy Z Fold 3 dan Galaxy Z Flip 3, tetapi dengan harga yang cukup terjangkau. Ini membuat semua orang bertanya-tanya, apa yang tengah direncanakan Samsung.
Mengutip ABC News, Kamis, 12 Agustus, perusahaan berharap versi ponsel lipatnya yang lebih murah namun lebih tahan lama akan memperluas daya tarik konsumennya, sebab selama ini Samsung kerap menghadirkan desain berkonsep tinggi, dengan harga yang mahal, sehingga mengecewakan konsumennya.
Raksasa teknologi yang berbasis di Korea Selatan itu kemarin telah meluncurkan upayanya untuk membalikkan keadaan, dengan dua produk baru yang dirancang untuk mendukung berbagai fungsionalitas penggunanya.
Galaxy Z Fold 3 yang lebih besar menawarkan layar 7,6 inci dan dijual 1.800 dolar AS, turun 10 persen dari model tahun lalu. Perangkat lain, Galaxy Z Flip 3 dengan layar 6,7 inci dibanderol 1.000 dolar AS, turun sebanyak 25 persen di bawah harga model asli tahun lalu.
Sejak merilis ponsel lipat pertamanya pada 2019, Samsung telah menggembar-gemborkan teknologi sebagai terobosan yang akan memacu lebih banyak konsumen untuk berbelanja secara royal pada ponsel baru daripada bertahan pada perangkat yang lebih lama.
Namun menurut International Data Corp (IDC), model lipatnya hampir tidak membuat heboh di pasar smartphone, dengan hanya sekitar 2 juta perangkat dikirimkan tahun lalu. Berbanding terbalik dengan 1,3 miliar ponsel cerdas yang dikirim ke seluruh dunia tahun lalu.
“Yang benar-benar menahan konsumsi massal perangkat lipat ini adalah harganya yang mahal. Kebanyakan orang benar-benar tidak melihat perlunya itu. Setidaknya tidak ada yang membenarkan membayar tambahan seribu dolar," ungkap analis IDC Nabila Popal.
Di satu sisi, Popal percaya dengan harga ponsel lipat Samsung yang murah, tak menyulutkan niat konsumen untuk membeli ponsel dengan model biasa. Itulah salah satu alasan IDC memproyeksikan hanya sedikit peningkatan dalam pengiriman ponsel lipat tahun ini, menjadi sekitar 6 juta hingga 7 juta perangkat.
Selain harga yang tinggi, penjualan terhambat oleh keraguan tentang apakah perangkat yang dapat dilipat dapat bertahan lama. Kekhawatiran itu telah membayangi jajaran produk lipat Samsung sejak menunda rilis model pertama pada 2019 untuk memperbaiki masalah dengan layar yang menonjol dan layar yang error.
BACA JUGA:
Samsung telah melengkapi ponsel lipat terbarunya dengan kaca yang lebih tahan lama dan tahan air untuk mengurangi kemungkinan perangkat rusak. Ponsel juga sudah kompatibel dengan stylus S Pen yang populer untuk pertama kalinya, ini merupakan strategi Samsung guna merayu pelanggan yang terbiasa menggunakan alat tulis digital pada ponsel Note dan Galaxy lawas Samsung.
Kemajuan lainnya yang dibawa Samsung adalah hampir 50 dari 100 aplikasi seluler tertatas hadir di ponsel model lipatnya. Peningkatan tersebut telah mendorong Samsung untuk menjadikan ponsel lipat sebagai produk unggulannya selama paruh kedua tahun ini. Namun, belum dapat dipastikan, apakah pamor ponsel model lipat Samsung akan bertahan ketika pabrikan lain seperti Apple, Xiaomi dan OPPO juga akan meluncurkan ponsel lipat di tahun mendatang.