Bagikan:

JAKARTA - Masih ingat TweetDeck? Ya, mulai hari ini Twitter akan mulai menguji serangkaian fitur baru untuk platform tersebut. Perusahaan berencana mengubah TweetDeck menjadi layanan berlangganan.

Sebelumnya Tweetdeck sengaja dirancang untuk kalangan professional dari pengguna Twitter. Namun, media sosial milik perusahaan itu sering kali diabaikan. Kepala Produk Twitter, Kayvon Beykpour, mengungkapkan pembaruan itu meliputi komposer tweet yang lebih lengkap, fitur pencarian lanjutan baru, jenis kolom baru, dan cara baru untuk mengelompokkan kolom ke dalam ruang kerja yang lebih rapi.

Beykpour menjelaskan, komposer tweet baru yang akan memungkinkan untuk menambahkan GIF, polling, atau emoji ke tweet. Komposer tweet baru juga dapat mengelola tweet agar dapat terunggah sesuai jadwal yang diinginkan, bukan hanya untuk foto atau video, seperti sebelumnya. Pengguna juga bisa menulis thread dan menandai gambar.

Untuk pilihan pada kolom, pengguna dapat mengakses jenis kolom baru termasuk Profile, Topic, Explore, Events, Moments, dan Bookmarks. Tapi, untuk menghadirkan jenis kolom tersebut ada beberapa kolom lain yang dihapus, seperti Activity, Followers, Likes, dan Outbox. Kemudian untuk fitur pencarian lanjutan baru, ini akan memungkinkan pengguna untuk memilih antara melihat tweet terbaru atau teratas di kolom pertama.

Menariknya, ada salah satu tambahan baru di TweetDeck yang tampaknya lebih cerdas, yakni fitur Deck. Ini memungkinkan pengguna untuk mengelola kumpulan kolom ke ruang kerja terpisah. Deck dapat membantu pengguna yang ingin membuat ruang kerja secara banyak, yang bisa menyesuaikan dengan tema tertentu dari kumpulan kolom.

Terlepas manfaat yang dapat diberikan dari beberapa perubahan, sayangnya terdapat juga tanggapan yang tidak terlalu positif dari penguji yang memperoleh akses ke TweetDeck baru.

Banyak pengguna yang mengeluh tentang hilangnya pilihan Activity pada kolom. Padahal pilihan Activity dapat menunjukkan aktivitas pengguna, seperti memfavoritkan tweet atau mengikuti pengguna lain. Selain itu, keluhan juga diberikan pada hilangnya Outbox di pilihan kolom.

Seorang pengguna juga mengatakan dan membuktikan dalam tangkapan layar pada unggahannya di Twitter, apabila TweetDeck hanya seperti Twitter pada umumnya, hanya saja dengan tampilan kolom lebih banyak.

Parahnya, postingan dari Twitter sendiri tentang pembaruan di TweetDeck, menunjukkan dimensi kolom yang lebar dan gambar foto yang sangat besar, dimana bisa menghabiskan terlalu banyak ruang. Ini tentu menjadi jenis perubahan yang akan merusak pengalaman membaca informasi secara padat, yang disukai sebagian besar pengguna TweetDeck.

Lebih lanjut, seorang teknisi Twitter, Angelo Tomasco, mengklarifikasi bahwa perubahan tidak hanya tentang membuat TweetDeck lebih mirip Twitter. Perubahan ini dilakukan untuk dapat menyediakan infrastruktur pembaruan di TweetDeck agar bisa mengejar ketertinggalan dengan Twitter. Sehingga, para pengembang TweetDeck bisa leluasa membangun fitur baru dengan menanggapi umpan balik dari pengguna.

Perusahaan juga mengatakan apabila TweetDeck yang hadir untuk diuji ini bukan merupakan versi final. Perubahan ini akan hadir pada sekelompok kecil orang yang dipilih secara acak di Amerika Serikat (AS), Kanada, dan Australia untuk memulai pengujian perubahan TweetDeck.

Namun, Twitter tidak menutup telinga dan akan mendengarkan juga menanggapi umpan balik pengguna tentang perubahan tersebut. Ini memang sangat diperlukan apabila Twitter berencana menjadikan TweetDeck sebagai layanan berlangganan. Demikian dikutip dari TechCrunch, Kamis 22 Juli.