Gunakan Akses Data Ilegal untuk Mematai-Matai Wanita, 52 Karyawan Facebook Dipecat
CEO Facebook Mark Zuckerberg marah karena terdapat karyawan yang memanfaatkan akses data di facebook. (foto: instagram @zuck)

Bagikan:

JAKARTA - Media sosial Facebook dikabarkan telah memecat sebanyak 52 karyawannya. Bukan karena pandemi COVID-19, melainkan mereka para karyawannya telah menyalahgunakan hak atas akses data yang diberikan perusahaan.

Dikutip dari The Sun, Kamis 22 Juli, peristiwa ini pertama kali diungkapkan oleh Alex Stamos, kepala petugas keamanan Facebook. Stamos membuat CEO Mark Zuckerberg menyadari masalah ini pada September 2015 lalu.

Stamos pada awalnya mengira karyawan Facebook menyalahgunakan akses data mereka untuk tujuan mata-mata setiap bulannya. Sekitar 16.000 karyawan dikatakan memiliki akses data sebelum masalah ini mulai ditangani.

Namun, sebagian besar yang menyalahgunakan akses data ini adalah insinyur Facebook itu sendiri. Telegraph melaporkan, terdapat salah satu kasus yang di mana seorang insinyur Facebook sedang berlibur dengan seorang wanita di Eropa ketika keduanya bertengkar dan wanita itu ingin waktu sendirian. Tetapi, insinyur tersebut menggunakan data Facebook untuk melacak di mana keberadaan wanita itu, dan hotel barunya.

Dalam kasus lain, seorang insinyur dilaporkan menggunakan data Facebook untuk mengetahui bahwa seorang wanita yang dia sukai diketahui sering mengunjungi Dolores Park di San Francisco. Kemudian insinyur itu menggunakan informasi tersebut untuk pergi ke sana dan menemukannya bersama teman-temannya.

Sedangkan, insinyur Facebook lainnya dikatakan menggunakan akses datanya untuk diam-diam memata-matai seorang wanita yang berhenti menanggapi pesannya setelah kencan yang gagal.

Insinyur itu memiliki akses ke percakapan pribadi wanita itu selama bertahun-tahun dengan teman-teman melalui Facebook messenger, acara yang dihadiri, foto yang diunggah termasuk yang telah dihapus, dan postingan yang dikomentari atau klik. Dia juga dikatakan mengakses data lokasinya karena wanita tersebut memiliki aplikasi Facebook di ponselnya.

Mayoritas insinyur yang menyalahgunakan informasi pribadi adalah pria yang mencari wanita yang mereka sukai tetapi tidak berani menghadapi mereka secara langsung. Dua kasus itu dikutip dari buku yang akan terbit dan ditulis oleh wartawan New York Times, Sheera Frankel dan Cecelia Kang.

Sementara 52 karyawan dipecat karena pelanggaran tersebut pada 2014 dan 2015, Stamos dilaporkan memperingatkan bahwa ratusan lainnya mungkin telah lolos tanpa diketahui.

Saat mengetahui hal ini, CEO Facebook Mark Zuckerberg diduga marah dan bertanya mengapa tidak ada orang lain di perusahaan yang berpikir untuk memperketat akses para insinyur ke data tersebut.

Tetapi Zuckerberg sendiri telah merancang sistem akses data perusahaan dan menolak untuk mengubahnya seiring pertumbuhan perusahaan.

“Pada berbagai waktu dalam sejarah Facebook ada jalan yang bisa kami ambil, keputusan yang bisa kami buat, yang akan membatasi, atau bahkan mengurangi, data pengguna yang kami kumpulkan,” ungkap seorang karyawan lama Facebook kepada Frankel dan Kang.

"Tapi itu bertentangan dengan DNA Mark. Bahkan sebelum kami mengambil opsi itu kepadanya, kami tahu itu bukan jalan yang akan dia pilih," imbuhnya.

Sementara, juru bicara Facebook menuturkan, "Kami selalu tidak menoleransi penyalahgunaan dan telah memecat setiap karyawan yang ditemukan mengakses data secara tidak benar. Sejak 2015, kami terus memperkuat pelatihan karyawan, deteksi penyalahgunaan, dan protokol pencegahan. Kami juga terus mengurangi kebutuhan para insinyur untuk mengakses beberapa jenis data saat mereka bekerja untuk membangun dan mendukung layanan kami," jelasnya.