Maroko Siap Atasi Kebutuhan Chip Mobil yang Terus Meningkat, Bagaimana dengan Indonesia?
Meningkatnya produksi mobil listrik membuat kebutuhan chip meningkat tajam. (foto: Adi Goldstein/unsplash)

Bagikan:

JAKARTA – Sejumlah media di Maroko, mengabarkan, STMicroelectronics akan segera meresmikan produksi chip EV di fasilitas perusahaan kongsi Prancis-Italia di Bouskoura, sebuah kota industri di pinggiran Casablanca. Pabrik Bouskoura STMicroelectronics sudah memulai beberapa produksi awal untuk Tesla pada Juni 2021 dengan lini yang ada. 

Produksi chip EV Maroko akan membantu mengurangi kekurangan global yang mengalami krisis microchip otomotif. Merek juga membantu pembuat mobil EV untuk mempertahankan jadwal produksi mereka di pasar mobil listrik yang berkembang pesat.

Microchip elektronik adalah sirkuit terpadu (IC) yang dicetak pada semikonduktor yang sangat kecil. IC semikonduktor ini, yang biasa disebut "chip", membentuk komponen fundamental dari semua perangkat elektronik dan telah mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi melalui digitalisasi barang dan jasa. 

Mobil tidak terkecuali dengan tren - mobil kontemporer yang khas menggunakan lebih dari 1.400 chip semikonduktor. Terlibat dalam desain, manufaktur, dan penjualan produk IC, STMicroelectronics adalah produsen perangkat lunak terintegrasi terbesar di Eropa dengan komponen chip mobil yang menyumbang 38% dari pendapatan tahunan sebelum COVID.

Krisis Pasokan Global

Peluncuran 5G, membutuhkan semikonduktor dengan ukuran node yang sama dan lebih besar seperti chip otomatis. Selain itu peningkatan penggunaan kecerdasan buatan dan pengembangan Internet of Things, telah menciptakan lonjakan permintaan untuk chip. Kondisi telah  membuat tekanan pasokan pada pembuat mobil di seluruh dunia. 

Krisis pasokan global pasca-COVID-19 dalam chip telah menyebabkan perlambatan produksi otomotif yang signifikan. General Motors dan Ford Motor, misalnya, memprediksi adanya pengurangan pendapatan pada 2021 masing-masing lebih dari  2 miliar dolar AS dan 2,5 miliar dolar AS, karena penundaan pasokan. 

Kekurangan ini telah menyoroti ketergantungan berbahaya industri otomotif pada produsen semikonduktor Asia, yang akhirnya mendorong pembuat mobil AS dan Eropa untuk meningkatkan upaya mereka untuk menemukan sumber pasokan alternatif.

Tekanan permintaan semakin diperburuk oleh semakin populernya mobil penumpang listrik, yang berada di jalur untuk menjadi bentuk mobilitas yang dominan selama tahun 2030-an. Di samping baterai listrik itu sendiri, chip mungkin merupakan bagian paling vital dari sebuah EV. Kini industri mobil listrik  memerlukan chip yang jauh lebih banyak daripada mobil mesin pembakaran internal (ICE). 

Mobil listrik juga memerlukan sejumlah besar IC semikonduktor untuk sistem manajemen baterainya guna memastikan keamanan dengan mengatur rangkaian tenaga listrik serta mengoptimalkan efisiensi energi pengisian dan penggunaan baterai. 

Pasokan chip yang mengalami penurunan itu, telah menyebabkan pabrik mobil di Jepang seperti Suzuki, Nissan dan Mitsubishi  membatasi produksi mobil mereka. Beruntung di Indonesia  krisis ini masih bisa diatasi. 

Direktur Administrasi, Korporasi, dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Bob Azzam mengatakan bahwa pabrik perakitan mobil Toyota di Indonesia hingga saat ini belum terdampak oleh kelangkaan chip semikonduktor. "Sampai saat ini belum terdampak," kata Bob. 

Melihat kebutuhan tersebut, maka Pabrik chip, Bouskoura STMicroelectronics hadir untuk memecahkan sejumlah masalah pasokan chip. Sementara rencana pembangunan pabrik Chip di Indonesia dikabarkan tak terealisasi. Produsen chip semikonduktor Amerika Serikat (AS) GlobalFoundries, justru mengumumkan akan membangun pabrik baru di Singapura. Pabrik ini juga diharapkan dapat memenuhi permintaan chip global dunia, yang saat ini dilanda kelangkaan.