Gojek dan PT Telkom Susun Kurikulum Akselerasi MMB
Tangkapan layar kegiatan talk show secara virtual dengan narasumber Direktur Digital Business PT Telkom M Fajrin Rasyid dan Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi, Jumat (16/7/2021). ANTARA FOTO/ Suriani Mappong)

Bagikan:

MAKASSAR- Program Muda Maju Bersama (MMB) 1.000 Start Up yang digagas Gojek bersama PT Telkom, hadir untuk mengakselerasi usaha rintisan atau start up muda di Kawasan Timur Indonesia.

"Salah satu upaya tersebut dengan bersama-sama menyusun kurikulum akselerasi MMB 1.000 Start Up," kata Direktur Digital Business PT Telkom, M. Fajrin Rasyid, pada pertemuan virtual yang digelar Gojek-PT Telkom yang melibatkan peserta Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan Papua, serta daerah lainnya, Jumat, 16 Juli.

Dia mengatakan penyusunan kurikulum ini melibatkan kolaborasi ITDRI yang menjadi best practice pada bidangnya dan platform Gojek smartfest.id yang beberapa tahun terakhir menjadi acuan anak muda di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dalam meningkatkan soft skill yang tidak didapat di institusi formal.

Upaya mendorong start up muda ini, menurut Fajrin, untuk mendukung visi Indonesia Emas 2045 yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo yang menekankan pembangunan SDM yang unggul sebagai prioritas utama dalam Program Indonesia Maju.

Untuk mencapai target 2045 itu, setidaknya dibutuhkan 9 juta digital talent dalam kurun waktu 15 tahun ke depan atau sekitar 600.000  talenta digital setiap tahunnya untuk dapat berkarya dan berkontribusi dalam mengembangkan ekonomi digital di Indonesia.

Sementara itu Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi mengatakan inovasi adalah DNA Gojek. Sejak awal Gojek lahir dari sebuah ide yang melalui berbagai kreativitas dengan bakat dan keterampilan anak bangsa, kemudian mampu menciptakan peluang-peluang untuk memberikan dampak positif seluas-luasnya.

"Indonesia merupakan tanah yang subur untuk pertumbuhan start up. Berdasarkan data Start up Rangking.Com diketahui Indonesia saat ini memiliki 2,251 start up dan menempati posisi ke lima negara dengan jumlah start up terbanyak di dunia, setelah Amerika Serikat, India, Inggris, dan Kanada," jelasnya.

Kevin mengatakan dengan potensi yang ada di KTI itu maka harus mampu memanfaatkan peluang, sekaligus menciptakan lebih banyak dampak sosial melalui berbagai inovasi teknologi, sehingga Indonesia terutama di kawasan timur bisa semakin mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital dan menjadi pemimpin di negeri sendiri.