Pengguna Media Sosial Berterima Kasih pada NASA karena Ungkap <i>Hindufobia</i>, Ini Alasannya
Pratima Roy , wanita keturunan India-Amerika yang tetap bangga dengan akar budayanya. (foto: twitter @NASA)

Bagikan:

JAKARTA - Dua ilmuwan luar angkasa keturunan India-Amerika yang dipilih oleh NASA sebagai pekerja magang menerima dukungan di media sosial,  setelah mereka secara brutal diserang oleh kelompok ateis dan Hinduphobia yang menemukan masalah dengan foto dan Dewi Hindu berada di sebelah tempat kerja mereka.

Kontroversi dimulai ketika NASA memposting foto magang Pratima Roy dan Pooja Roy di akun Twitter. Melihat gambar itu, sebagian pengguna media sosial mempertanyakan NASA tentang perlunya memasang gambar stereotip seorang gadis India. Bagian lain dari orang-orang mengecam kehadiran idola di ruang kerja seorang pekerja magang NASA.

Beberapa pengguna media sosial bahkan meragukan temperamen ilmiah pekerja magang itu mengingat keyakinan mereka. Salah satu akun Twitter bernama 'Mission Ambedkar', memposting, "Setelah melihat ini, kami berkata; Sains ka naash kar diya NASA ne" (NASA telah menghancurkan sains).

Menanggapi perundungan itu, Pratima menjawab di Twitternya dengan bahasanya sendiri. "Serangan keji terhadap saya dan saudara perempuan saya adalah bukti bahwa Hindufobia itu nyata. Dewa saya adalah inspirasi saya untuk mencapai tujuan yang lebih besar dalam hidup saya. Sains dan Sanatana Dharma dapat hidup berdampingan karena kita peradaban tidak/tidak pernah dogmatis di luar nalar," tulis Pratima dalam akun twitternya.

"Tidak mengherankan bahwa mereka yang percaya pada teori bumi datar iri pada wanita pemuja Hindu yang berprestasi dalam sains dan teknologi. Lanjutkan. Kefanatikan Anda akan membuat iman saya lebih kuat," tambah pegawai magang analis data NASA itu.

Pratima menerima dukungan besar-besaran di media sosial, dengan banyak mengungkap kefanatikan. Banyak pengguna yang mengaku kaget dengan tingkat Hinduphobia yang ada di dunia.

Mereka malah berterima kasi pada NASA karena membantu untuk mengungkap Hinduphobia. Bahkan banyak yang mengatakan tidak ada alasan mengapa iman Pratima harus menjadi alasan untuk meragukan kredensialnya untuk magang di NASA.

Banyak yang mengatakan bahwa ketika menghina seorang gadis yang bangga dengan akarnya, maka muncul begitu banyak orang yang mengekspos kefanatikan dan rasisme mereka.

Selain magang di NASA Glenn Research Center, kedua gadis itu juga telah mengejar Teknik Komputer dari New York City College of Technology.

Sebagai bagian dari magang mereka, kedua gadis ini kini masuk dalam proyek Artemis NASA yang bertujuan untuk mendaratkan wanita pertama dan pria berikutnya di Bulan pada tahun 2024.