Nasib 5G di Indonesia Tak Lekas Temukan Titik Terang, Menkominfo Beri Tanggapan
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate (dokumentasi: Kemenkominfo)

Bagikan:

JAKARTA - Masyarakat Indonesia sepertinya harus menunggu lebih lama untuk menikmati jaringan 5G di Indonesua. Pasalnya, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny G. Plate menegaskan bahwa pengembangan jaringan tersebut masih dalam tahap awal.

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) sedang melakukan tambalan pada titik-titik blankspot atau daerah yang hingga kini belum juga tersentuh akses internet.

Dari laporkan Kemenkominfo, terdapat 83,218 desa atau kelurahan di Indonesia, di mana sebanyak 12.548 desa atau kelurahannya belum terjangkau sinyal 4G.

Meski begitu, pemerintah secara bersamaan juga sedang mempersiapkan deployment jaringan 5G, agar nantinya ekosistem dapat lebih siap.

"Ada beberapa hal yang harus saya luruskan. Betul, kita saat ini harus mempersiapkan deployment 5G, tetapi di saat bersamaan fokus kita adalah dalam rangka meningkatkan internet link ratio dan memperkecil disparitas internet antarwilayah di seluruh wilayah negara kita melalui deployment 4G secara masif untuk masyarakat," ungkap Johnny dalam keterangan resmi yang dikutip VOI, Kamis 29 April.

"Itu tugas utama dan paling utama dalam rangka transformasi digital kita saat ini," imbuhnya.

Lebih lanjut, menyoal implementasi 5G, Johnny mengatakan bahwa Indonesia tidak tertinggal dari negara lain. Sebab, masih banyak negara yang baru memulai menggelar jaringan 5G tersebut.

Misalnya saja Singapura, yang kini tengah men-deployment konektivitas 5G baru di kisaran 2 persen, sementara di Filipina berada di kisaran 0,9 persen.

"Jadi, bukan tertinggal tetapi memang kita mempersiapkan agar ekosistem 5G itu siap benar-benar, sehingga deployment 5G nanti memberikan manfaat dan return bermanfaat bagi masyarakat dan return yang memadai bagi operator-operator 5G. Kita harus mempersiapkan termasuk persiapan regulasi-regulasinya," jelas Johnny.

Johnny menuturkan satu hal yang perlu diluruskan adalah lelang frekuensi 2,3 GHz ini bukan hanya ditujukan pada pengembangan 5G.

"Jangan sampai salah, nanti dunia dan para ahli mentertawakan Indonesia seolah-olah 2,3 GHz atau 2.300 MHz ini hanya untuk 5G. Mohon maaf, nanti dunia mentertawakan kita karena kekhilafan dan kekeliruan komunikasi karena spektrum frekuensi utama untuk 5G tidak saja di 2,3 GHz, tetapi di sisi yang lainnya pun. Jadi, semua level mencakup lower band, coverage band, dan high band, serta ultrahigh band. Ini harus jelas," tegas Johnny.

Terakhir, Menteri Johnny menjelaskan Indonesia memerlukan jaringan 5G untuk mendukung akselerasi transformasi digital di seluruh wilayah tanah air Indonesia.

“Supaya jangan sampai nanti kita terlalu semangat, tapi mengganggu keseluruhan program kita. Karena rencana besar akselerasi transformasi digital nasional kita sudah mendapat perhatian dunia,” ujarnya.