JAKARTA - Emiten telekomunikasi PT Indosat Tbk (ISAT) menjajaki penjualan 4.000 unit menara milik perseroan di tengah krisis akibat pandemi. Tujuannya untuk dapat meningkatkan kinerja perseroan di tahun 2021. Penjualan menara bukan kali pertama dilakukan, bahkan sudah sejak 2019.
Chief Legal & Regulatory Officer yang juga Plt Corporate Secretary Indosat Natasha Nababan mengatakan manajemen perusahaan masih dalam tahap awal penjajakan transaksi tersebut.
"Namun apabila transaksi terjadi, maka transaksi tersebut dapat menjadi transaksi material di bawah peraturan OJK yang berlaku," katanya dikutip dari keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia, Senin, 22 Februari.
Namun, pada rencana penjualan menara kali ini tidak disebutkan siapa saja calon pembeli dalam transaksi tersebut maupun proyeksi nilai transaksinya.
Indosat Ooredoo pada 2019 lalu menjual 3.100 menaranya kepada PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dan PT Protelindo. Tercatat sebanyak 2.100 menara dilepas kepada Mitratel, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). Sedangkan 1.000 menara dilepas kepada Protelindo, anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan penjualan 3.100 menara waktu itu menghasilkan nilai transaksi sebesar Rp6,39 triliun.
Meskipun manajemen mengatakan rencana penjualan menara ini masih tahap awal penjajakan transaksi, namun kabar bahwa emiten berkode saham ISAT itu akan melego sekitar 4.000 menaranya sudah lebih dulu beredar.
Ketika itu, Direktur Indonesia ICT Institute Heru Sutadi memperkirakan rencana tersebut akan mendapatkan respons positif dari pasar.
"Jika Indosat kembali melakukan aksi monetisasi menaranya seperti tahun 2019, maka pasar akan merespons positif meskipun saat ini masih dalam kondisi pandemi. Bahkan, harga per menaranya juga diperkirakan bisa lebih tinggi dibanding sebelumnya," paparnya dalam kajiannya seperti dilansir Antara, Selasa, 9 Februari.
Heru mengatakan, rencana lelang tersebut mendapat respons dari sejumlah pemain besar di sektor menara seperti PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) melalui Protelindo, PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) yang merupakan anak usaha PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk., PT Tower Bersama Infrastructure Tbk. (TBIG), dan PT Centratama Telekomunikasi (CENT).
Penjualan menara jadi modal menuju 5G
Heru berujar harga jual menara-menara tersebut bisa naik signifikan karena aset yang dijual memiliki kualitas baik. Menurut dia, ini bisa menjadi modal perseroan untuk meningkatkan kinerja di tahun 2021.
"Ini akan menjadi modal tambahan bagi Indosat untuk menuju era 5G karena makin agile dan kompetitif," katanya.
Apalagi, kata Heru, saat ini, seluruh operator seluler sedang berlomba menerapkan layanan 5G yang kemudian memacu permintaan layanan data, sehingga permintaan terhadap menara telekomunikasi juga terus bertumbuh.
Penjualan menara akan untungkan Indosat
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada berujar jika skema penjualan menara kali ini sama dengan yang dilakukan pada 2019, yakni setelah dijual lalu disewa kembali, maka akan menguntungkan bagi Indosat.
"Kalau skemanya masih sama, maka bisa jadi karena untuk keperluan pendanaan dan opsi sewa lebih murah dibandingkan dengan jika dimiliki sendiri karena ada biaya maintenance," jelasnya.
Sebelumnya, ISAT mengklaim infrastruktur jaringan telekomunikasi yang telah dibangun selama ini hakikatnya sudah siap untuk mendukung penggelaran 5G.
Sementara itu, Director & COO Indosat Vikram Sinha mengatakan 5G merupakan investasi yang sangat penting di industri telekomunikasi. Selama 6 kuartal terakhir, perseroan menggenjot penggelaran jaringan. Termasuk serat optik, agar layanan yang diberikan makin prima sekaligus mempersiapkan diri menyambut 5G.
"Kami juga bekerja dengan ketat dan dekat dengan regulasi serta mempersiapkan infrastruktur yang diberikan. Kami memiliki fokus yang sangat tinggi terhadap persiapan jaringan 5G," terangnya dalam konferensi pers daring, Selasa, 12 Januari.
Lebih lanjut, Vikram mengatakan manfaat investasi 5G akan makin terasa saat ekosistemnya sudah siap. Perseroan juga bakal terus menjalin komunikasi dengan regulator terkait untuk melihat peta jalan frekuensi 5G di Indonesia.
Mengacu ke data paparan publik insidentil ISAT pada Januari 2021, perseroan memiliki 60.000 Base Transceiver Station (BTS) 4G per kuartal III 2020. Jumlah ini lebih dari 2 kali lipat posisi periode yang sama tahun sebelumnya, yang baru sebanyak 29.300 menara.
Sedangkan, jumlah pelanggannya sebanyak 60,4 juta konsumen per September 2020 atau 2,8 persen lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yang sebesar 58,8 juta.