Bagikan:

JAKARTA – Sejumlah ilmuwan di Cornell University, New York membuat teknologi yang tidak biasa. Jika perusahaan berlomba-lomba membuat headset realitas virtual (VR) untuk manusia, para ilmuwan ini sebaliknya. 

Mereka mengembangkan teknologi yang disebut MouseGoggles, headset VR mini yang dirancang khusus untuk tikus. Dalam jurnal yang diterbitkan di Nature Methods, mengutip dari Sciencealert, tampilan headset VR ini sangat berbeda dari headset untuk manusia.

MouseGoggles dipasangkan ke perancah dan di baliknya terdapat dua lensa fresnel yang dilengkapi teknologi khusus. Teknologi ini dirancang untuk melacak pergerakan mata hewan dan pelebaran pupil. 

Sebelum menggunakan MouseGoggles, para ilmuwan menggunakan layar proyektor 360 derajat berukuran besar untuk melihat tanggapan tikus terhadap dunia virtual. Namun, cara ini tidak berhasil karena tikus-tikus itu tampaknya tidak percaya dengan tampilan di layar. 

Ketika mengganti teknologinya dengan MouseGoggles dan sistem VR berbasis layar tradisional, tikus yang melakukan uji coba menunjukkan reaksi yang positif. Mereka terlihat melompat, melengkungkan punggung, bahkan memperlambat kecepatan berjalan.

"Ketika kami mencoba pengujian semacam ini dalam pengaturan VR biasa dengan layar besar, tikus tidak bereaksi sama sekali," kata Ahli Saraf dan Peneliti, Matthew Isaacson. "Namun, hampir setiap tikus, saat pertama kali melihatnya dengan kacamata, akan melompat." 

Isaacson menjelaskan bahwa para tikus melompat karena mereka terkejut. Menurut hasil penelitian, tikus-tikus ini percaya bahwa objek yang berada di depannya memang nyata. Mereka juga beranggapan bahwa objek yang ada di depannya ingin menyerang. 

Selama penelitian ini, Isaacson dan rekannya ingin menguji perilaku dan fungsi otak tikus dalam situasi yang lebih beragam. Di masa depan, mereka akan menyertakan kemampuan panca indra lainnya ke dalam MouseGoggles. Teknologi ini juga akan dikembangkan untuk hewan lain. 

"Semakin mendalam kita membuat tugas perilaku itu, semakin naturalistik fungsi otak yang akan kita pelajari," kata Insinyur Biomedis Chris Schaffer, peneliti lainnya. "Saya pikir realitas virtual panca indra untuk tikus adalah arah yang tepat untuk eksperimen."