Bagikan:

JAKARTA - Wacana soal Bitcoin (BTC) menjadi aset cadangan atau Bitcoin Reserve kembali mencuat ke permukaan. Analis makro ekonomi Luke Gromen menyarankan AS mempertimbangkan Bitcoin untuk mengatasi tantangan ekonomi dan geopolitik. Menurutnya, tekanan global seperti konflik Ukraina telah menyingkapkan kelemahan sistem berbasis dolar yang turut melemahkan sektor manufaktur vital.

Gromen mengusulkan strategi baru, yaitu mendukung pasar obligasi negara dengan Bitcoin sambil mendepresiasi dolar. "Bitcoin kini dilihat sebagai alat strategis," ungkapnya. Pemerintah AS mulai mengeksplorasi potensinya untuk menyeimbangkan neraca keuangan nasional.

Laporan Departemen Keuangan juga menyoroti peran stablecoin dalam meningkatkan permintaan obligasi negara. Bahkan, mantan Ketua DPR AS, Paul Ryan, mendukung stablecoin sebagai cara untuk memperkuat pasar Treasury. 

Gromen membandingkan ini dengan peristiwa tahun 1973, saat harga minyak melonjak 400%, menjadikannya aset utama yang mendukung dolar AS. "Bitcoin harus tumbuh lebih cepat untuk menciptakan kapasitas neraca yang memadai," jelasnya.

Ia juga menyoroti bagaimana Bitcoin dapat membantu membiayai industrialisasi ulang tanpa membebani rakyat. "Inflasi yang muncul dari langkah ini bisa diimbangi dengan kompensasi riil bagi masyarakat," tambahnya. Namun, skeptisisme tetap ada. Stabilitas Bitcoin dipertanyakan, terutama apakah aset ini cukup kuat untuk mendukung ekonomi sebesar AS.

Meski demikian, dengan kapitalisasi pasar BTC yang terus meningkat, gagasan ini tidak bisa diabaikan. Bitcoin mungkin akan menjadi bagian penting dalam strategi ekonomi AS di masa mendatang.