Bagikan:

JAKARTA - Di tengah ekonomi China yang terus mengalami perlambatan, para investor di negara tersebut mulai beralih ke Bitcoin dan aset kripto lainnya sebagai alternatif untuk melindungi kekayaan mereka. Laporan dari Chainalysis menunjukkan bahwa broker kripto over-the-counter (OTC) di China mengalami lonjakan arus masuk dana dari para investor lokal, meskipun negara tersebut telah melarang perdagangan Bitcoin sejak 2021.

Menurut laporan Chainalysis, selama sembilan bulan pertama tahun ini, broker OTC di China mencatat arus masuk mencapai 75,4 miliar Dolar AS, dengan rata-rata 20 miliar Dollar AS per kuartal hingga Juni 2023. Meskipun larangan resmi diberlakukan pada 2021, permintaan terhadap Bitcoin dan aset kripto lainnya tetap tinggi di kalangan investor. Dikutip dari Coingape, Eric Jardine, pemimpin penelitian kejahatan siber di Chainalysis, menjelaskan bahwa aktivitas ini kemungkinan beroperasi di area “abu-abu” ekonomi China, mengingat larangan tersebut tidak ditegakkan secara ketat.

Banyak investor China melihat Bitcoin sebagai alat lindung nilai yang lebih aman di tengah ketidakpastian ekonomi. Saat Bank Rakyat China (PBoC) mengumumkan serangkaian kebijakan stimulus, termasuk pemotongan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) dan pengurangan rasio cadangan wajib bagi bank, minat terhadap Bitcoin diperkirakan akan meningkat.

Langkah stimulus yang diambil oleh Bank Rakyat China ini tampaknya berdampak positif bagi Bitcoin. Setelah kebijakan ini diumumkan, harga Bitcoin naik hingga 64.000 Dolar AS, dengan beberapa analis memprediksi bahwa stimulus tersebut dapat memicu kenaikan lebih lanjut hingga mencapai 100.000 Dolar AS. Analis pasar dari QCP Capital dan tokoh-tokoh seperti Raoul Pal dari Real Vision, serta Dan Tapiero, sepakat bahwa kebijakan pelonggaran kuantitatif ini berpotensi meningkatkan kepercayaan investor terhadap Bitcoin.

Selain faktor domestik, hubungan internasional China juga diperkirakan akan mendorong adopsi kripto di negara tersebut. Rusia, yang mempererat hubungan dagang dengan China, telah menyatakan minatnya untuk menggunakan kripto dalam perdagangan internasional, menggantikan dolar AS. Hal ini menambah alasan bahwa permintaan terhadap Bitcoin di China akan terus meningkat.

Selain kebijakan domestik, langkah China untuk memangkas suku bunga ini dilakukan tidak lama setelah Bank Sentral AS, Federal Reserve, juga melakukan pemotongan suku bunga sebesar 50 bps. Kondisi makro ini, ditambah dengan prediksi positif terhadap kinerja Bitcoin di kuartal keempat, membuat banyak analis yakin bahwa Bitcoin akan mencapai level tertinggi baru dalam waktu dekat.

Dengan permintaan yang tetap tinggi di kalangan investor China, meskipun ada larangan resmi, serta kebijakan stimulus yang memicu optimisme pasar, Bitcoin tampaknya akan terus menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari ketidakstabilan ekonomi global.