JAKARTA - Amazon, perusahaan raksasa teknologi dunia, bakal membahas kemungkinan investasi Bitcoin dalam rapat pemegang saham tahunannya. Para pemegang saham mengagendakan apakah perusahaan ini perlu mempertimbangkan Bitcoin (BTC) sebagai bagian dari kas mereka atau tidak.
Ide ini diusulkan oleh National Center for Public Policy Research, sebuah lembaga riset konservatif yang percaya bahwa langkah tersebut bisa membawa keuntungan jangka panjang bagi para pemegang saham.
Dalam proposalnya ke Amazon, National Center for Public Policy Research meminta perusahaan untuk melakukan studi mendalam mengenai potensi Bitcoin sebagai aset korporasi. Menurut mereka, langkah ini bisa menjadi strategi inovatif di tengah makin populernya aset digital di berbagai sektor ekonomi.
Sebelumnya, proposal serupa pernah diajukan ke Microsoft pada awal tahun ini, tetapi minggu lalu pemegang saham Microsoft menolak usulan tersebut. Saat itu harga Bitcoin sempat turun dari 98.327 dolar AS (Rp1,573 miliar) ke 94.386 dolar AS (Rp1,510 miliar), sebelum kembali stabil di angka 100.000 dolar AS (Rp1,6 miliar).
BACA JUGA:
Pendiri Binance Changpeng Zhao atau sosok yang akrab disapa CZ, ikut angkat bicara soal ini. Menurutnya, ada solusi lebih sederhana yang bisa diambil Amazon, yaitu mulai menerima pembayaran dengan Bitcoin.
“Saya baru saja membayar 17,08 dolar AS (Rp273.280) pakai Bitcoin kemarin, dan cuma butuh waktu 15 menit buat konfirmasi. Masih lebih baik daripada sistem perbankan tradisional, di mana saya tidak perlu telepon siapa pun untuk menyelesaikannya,” ujar CZ dikutip Coinpedia, Kamis, 12 Desember.
Meski begitu, CZ juga mengakui bahwa Bitcoin masih punya kekurangan sebagai alat pembayaran. Salah satunya adalah waktu konfirmasi transaksi yang relatif lama. Namun, ia tetap menilai Bitcoin unggul untuk transaksi global karena bebas dari campur tangan pihak ketiga.