Bagikan:

JAKARTA - Ripple Labs, perusahaan pembayaran lintas batas dan pengelola XRP dilaporkan tengah mempersiapkan peluncuran stablecoin berbasis dirham (AED) di Uni Emirat Arab (UEA) dalam waktu dekat. 

Kendati belum ada konfirmasi resmi, spekulasi mengenai proyek ini makin kencang, terutama setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS 2024 yang disambut positif oleh industri kripto. Tidak hanya itu, Ripple juga berencana merilis RLUSD. Ini adalah stablecoin yang dipatok ke dolar AS, yang mana nilainya akan mengikuti pergerakan harga dolar AS.

Dalam unggahan blog teranyarnya, Ripple menyatakan bahwa adopsi stablecoin di dunia terus meningkat dan bisa mencapai valuasi hingga 3 triliun dolar AS (sekitar Rp46.500 triliun) dalam lima tahun ke depan. Namun, pertumbuhan ini memerlukan dukungan regulasi yang jelas. 

Ripple mengapresiasi UEA yang telah menjadi pionir dalam menyediakan kerangka regulasi yang jelas, khususnya untuk stablecoin. Bank Sentral UEA (CBUAE) baru-baru ini menerbitkan regulasi untuk memasukkan stablecoin berbasis dirham dan non-dirham ke dalam sistem keuangan. Langkah ini tidak hanya mendukung inklusi keuangan tetapi juga memperkokoh posisi UEA sebagai pusat inovasi kripto di Timur Tengah.

Sejak beberapa tahun lalu, Ripple aktif di UEA melalui kerja sama dengan National Bank of Fujairah PJSC (NBF) yang menggunakan RippleNet untuk solusi pembayaran instan. Pada 2022, Ripple juga menggandeng Tranglo untuk memperluas jangkauan layanannya di negara tersebut.

Sementara itu, perkembangan terbaru stablecoin RLUSD yang akan dirilis semakin positif. Data dari Ripple Stablecoin Tracker mencatat perpindahan signifikan RLUSD antar dompet anonim dan Treasury dalam 24 jam terakhir. 

Uji coba RLUSD versi beta yang dimulai pada Agustus diperkirakan akan segera berakhir sehingga peluang untuk merilis stablecoin tersebut di jaringan Ethereum dan XRP Ledger (XRPL) semakin besar.