Bagikan:

JAKARTA - Chris Larsen, salah satu pendiri Ripple Labs, telah menyumbang 10 juta Dolar AS (Rp150 miliar) dalam bentuk XRP untuk mendukung kampanye Kamala Harris dalam pemilihan presiden Amerika Serikat mendatang.

Sumbangan ini datang saat kampanye Harris dan organisasi terkait mencatat rekor penggalangan dana dalam kuartal terakhir. Sebelumnya, Larsen juga telah menyumbang 1 juta Dolar AS (sekitar Rp15 miliar) melalui PAC Demokrat "Future Forward" pada Agustus lalu.

Langkah ini menunjukkan dukungan kuat Larsen terhadap Harris, terutama terkait kebijakan teknologi dan kripto. Dalam sebuah tweet, Larsen menyatakan keyakinannya bahwa Harris akan membawa Amerika Serikat memimpin dalam inovasi teknologi global, termasuk dalam sektor kripto. Ia menekankan pentingnya pendekatan baru bagi Partai Demokrat terhadap inovasi teknologi di masa depan.

Keputusan Larsen untuk menyumbang dalam bentuk XRP—aset kripto terbesar ketujuh berdasarkan kapitalisasi pasar—menjadi sinyal dukungan yang jelas bagi pro-kripto dalam politik Amerika.

Sementara itu, CEO Ripple Labs, Brad Garlinghouse, juga menegaskan dalam sebuah tweet bahwa meskipun Ripple terlibat dalam perseteruan hukum dengan Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC), mereka tetap berkomitmen mendukung kebijakan yang mendorong inovasi blockchain dan kripto, terlepas dari partai politik.

Ripple  terlibat dalam kasus hukum besar yang diajukan SEC sejak 2020, dengan tuduhan bahwa perusahaan tersebut menjual sekuritas yang tidak terdaftar dalam bentuk XRP. Meski sebagian tuduhan tersebut dibatalkan oleh pengadilan, Ripple dan SEC masih terlibat dalam proses banding.

Menariknya, kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, dianggap lebih ramah terhadap industri kripto, juga menerima lebih banyak sumbangan dari industri ini. Sebaliknya, kampanye Harris baru mulai menyinggung bagaimana mereka akan mendukung ekosistem kripto di Amerika Serikat.

Dukungan finansial Larsen terhadap Harris mencerminkan harapan bahwa kepemimpinan baru akan mendukung inovasi teknologi, termasuk kripto, di tengah persaingan politik yang semakin ketat.