Bagikan:

JAKARTA - Pesatnya perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI), mendorong para pelaku infrastruktur pusat data di seluruh dunia berlomba-lomba untuk membangun pusat data yang mendukung teknologi ini.

Sebagai salah satu pelaku di industri pusat data, Presiden Komisaris Bersama Digital Data Centres (BDDC) Setyanto Hantoro mengatakan bahwa pusat data yang diperuntukan untuk AI membutuhkan investasi yang sangat besar.

Karena menurutnya, jika saat ini nilai investasi pusat data berkisar antara 10-11 juta dolar AS per Megawatt (MW), maka pusat data untuk AI membutuhkan nilai investasi yang 30-40 persen lebih mahal dari yang biasa.

"Gini, bayangannya, kalau misalnya 1 MW data center normal itu 10-11 (angka dalam juta dolar AS), mungkin itu bisa 30-40 persen lebih mahal," kata Setyanto kepada media ketika berbicara tentang nilai investasi untuk pusat data AI beberapa hari lalu.

Selain itu, listrik yang diperlukan untuk operasional pusat data AI ini juga tiga kali jauh lebih besar dari yang biasanya. Ada juga mesin cooling atau pendingin, karena pada dasarnya komponen pusat data AI menghasilkan panas yang sangat besar.

"Karena listriknya hampir 3 kali lebih besar. Terus coolingnya, kekuatan bangunannya juga harus lebih kuat, karena dia lebih berat ya, perangkat-perangkatnya," tutur Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) Muhammad Arif menambahkan.

Melansir dari Macquarie Data Centers, ada beberapa alasan mengapa AI memerlukan pusat data khusus yang lebih canggih, di antaranya adalah:

  • Sumber daya komputasi kinerja tinggi: Pusat data AI menggantikan rak bertenaga CPU dengan server berdaya tinggi. Server-server ini memiliki perangkat keras canggih seperti GPU (sirkuit yang membuat rendering gambar dan grafik lebih cepat) dan TPU (sirkuit yang mempercepat beban kerja AI dan ML).
  • Sistem penyimpanan data yang sangat besar: Berisi solusi penyimpanan yang dapat diskalakan dan berkinerja tinggi untuk menyimpan dan memfasilitasi akses ke sejumlah besar data yang diperlukan untuk mengembangkan dan menggunakan model AI.
  • Infrastruktur jaringan: GPU dan TPU canggih harus dihubungkan dengan jaringan latensi rendah dan berkecepatan tinggi untuk memfasilitasi ini dan meminimalkan latensi.
  • Sistem pendingin: karena pada dasarnya komponen pusat data AI menghasilkan panas yang sangat besar, maka pusat data tradisional yang biasanya mengandalkan pendingin Udara tidak dapat menampung panas yang dihasilkan beban kerja AI.