Bagikan:

JAKARTA - Layanan perpesanan Telegram beberapa hari ke belakang mengaku sempat mengalami gangguan layanan yang berdampak ke sebagian penggunanya.

Halaman Down Detector mencatat bahwa laporan gangguan terbanyak terjadi pada 3 Oktober lalu. Di mana pengguna mengeluhkan masalah pengiriman pesan, autentikasi, panggilan suara, dan koneksi server.

Dalam sebuah pernyataan terbaru, platform perpesanan asal Rusia itu mengungkapkan bahwa gangguan layanan ini terjadi akibat konflik yang ada di Timur Tengah.

“Akibat peristiwa baru-baru ini di Timur Tengah, terutama di Israel, Lebanon, dan Iran, Telegram mengalami beban yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tulis perusahaan di saluran broadcast nya di Telegram.

Mereka juga memahami bahwa dalam beberapa hari terakhir, beberapa pengguna mungkin telah menghadapi masalah hubungan sementara dan kesulitan mengakses media.

Kendati demikian, mereka mengaku telah menangani masalah tersebut secara penuh. Telegram juga meminta maaf atas gangguan yang terjadi.

“Berkat upaya tim teknis kami, Telegram tetap tersedia di sebagian besar negara, dan semua masalah kini telah diselesaikan sepenuhnya. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan apa pun,” tandasnya.

Tampaknya ini bukan pertama kalinya Telegram terlibat dalam perang. Karena sebelumny, Telegram menjadi salah satu platform yang paling banyak digunakan untuk menyebarkan propaganda, dan lain sebagainya.

Pada 2015, Telegram menjadi platform komunikasi utama ISIS, yang memungkinkan kelompok teror itu mengoordinasikan aktivitas melalui pesan pribadi, serta menyebarkan propaganda dan merekrut anggota melalui obrolan grup yang besar.

Bahkan baru-baru ini, pemerintah Prancis menangkap sang CEO Pavel Durov dengan tuduhan keterlibatan Telegram terkait kejahatan seperti penipuan, pencucian uang, dan penyebaran gambar eksploitasi seksual anak.