JAKARTA – Hera, misi kolaborasi antara NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA), seharusnya diluncurkan pada 7 Oktober mendatang menggunakan roket Falcon 9. Namun, roket ini dilarang untuk terbang sementara waktu.
Larangan ini diberikan oleh Badan Penerbangan Federal (FAA) karena booster Falcon 9 gagal mendarat pada 29 September. Roket ini diperkirakan mengalami malfungsi saat memasuki tahap kedua, tetapi penyebabnya belum diketahui hingga saat ini.
Meski Falcon 9 belum mendapatkan izin untuk terbang, ESA masih melanjutkan persiapan peluncuran untuk misi asteroid Hera. Harapannya, misi ini bisa diluncurkan di Cape Canaveral sesuai dengan jendela peluncuran yang telah ditetapkan.
Ada beberapa persiapan yang sedang ESA kerjakan, salah satunya adalah membungkus pesawat antariksa ke dalam fairing muatan roket pada 3 Oktober. Menurut Manajer Proyek Hera, Ian Carnelli, misi Hera siap diluncurkan pada 7 Oktober jika Falcon 9 sudah diizinkan untuk terbang.
"Kami mempertahankan kampanye peluncuran nominal," ungkap Carnelli, dikutip dari Spacenews. "Kami pada dasarnya berharap bahwa kami mendapatkannya (izin untuk peluncuran Falcon 9) pada hari Minggu (6 Oktober)."
BACA JUGA:
Agar Hera bisa diluncurkan tepat waktu, Carnelli mengungkapkan bahwa mereka bersedia menjadi misi kembalinya Falcon 9. Ada kemungkinan bahwa SpaceX akan meluncurkan misi Starlink terlebih dahulu.
Jendela peluncuran Hera akan dibuka hingga 27 Oktober. Saat mencapai luar angkasa, wahana antariksa ini akan berjalan ke arah asteroid Didymos dan bulannya, Dimorphos. Menurut perhitungan ESA, wahana ini dapat mencapai targetnya pada tahun 2026.
Hera akan mengamati seberapa besar hasil tumbukan wahana antariksa Double Asteroid Redirection Test (DART) milik NASA. Hera akan mengamati dampak dari tumbukannya sekaligus mengukur massa Dimorphos yang tersisa setelah ditabrak oleh DART.