JAKARTA – Badai matahari yang ekstrem bisa memberikan dampak yang sangat besar bagi manusia. Salah satu dampak serius yang terjadi adalah peristiwa Carrington, rusaknya arus listrik hingga menimbulkan kebakaran.
Meski dampaknya sangat besar, peristiwa Carrington ternyata bukan badai terkuat yang pernah tercatat dalam sejarah. Studi yang dirilis para ilmuwan di Nature, mengutip dari Sciencealert, menunjukkan bahwa Bumi pernah menghadapi badai matahari yang jauh lebih ekstrem.
Bukti terjadinya badai ini ditemukan berkat analisis radiokarbon, sebutan lain dari penanggalan karbon-14, di lingkaran pohon. Analisis menggunakan radiokarbon telah digunakan selama beberapa dekade untuk mengetahui umur dari benda-benda yang pernah hidup sebelumnya.
Saat tumbuhan atau hewan telah mati, radiokarbon yang ada di dalamnya akan ikut membusuk. Ketika mengamati objek yang pernah hidup, para ilmuwan akan mencari tahu berapa radiokarbon yang tersisa untuk memperkirakan berapa lama organismenya telah mati.
Badai matahari ekstrem tidak hanya memengaruhi gelombang listrik yang ada di Bumi, tetapi juga memengaruhi jumlah radiokarbon yang diserap ke dalam organisme hidup. Oleh karena itu, para ilmuwan bisa mempelajari dampak badai matahari dengan mengamati pohon.
BACA JUGA:
Dalam catatan radiokarbon, badai matahari paling ekstrem terjadi sekitar 14.370 tahun yang lalu atau menjelang akhir zaman es terakhir. Ancaman dari badai ini sangat besar, yaitu menjatuhkan seluruh jaringan listrik, termasuk armada satelit yang tidak dilindungi medan geomagnetik.
Tak hanya mengganggu kinerja satelit, badai matahari ekstrem diperkirakan akan merusak seluruh satelit dan melumpuhkan jaringan komunikasi di seluruh dunia. Sebelum hal ini terjadi di masa depan, para ilmuwan sedang mencari cara untuk meminimalisir dampaknya.
Hingga saat ini, pengetahuan para ilmuwan masih sangat terbatas mengenai waktu maupun dampak dari badai matahari yang ekstrem. Mereka belum bisa membuat ramalan terkait kapan peristiwa besar ini akan terjadi di masa mendatang.