Bagikan:

JAKARTA - Memulai bulan September, Bitcoin belum juga membaik. Bahkan, berdasarkan CoinMarketCap, harga Bitcoin pada Rabu, 4 September turun lebih dari 5 persen dalam 24 jam ke level 56.658 dolar AS atau sekitar Rp878 juta. 

Merespon kondisi tersebut, Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin mengatakan bahwa, meskipun koreksi yang terjadi tidak sedalam yang sempat terjadi pada akhir Juli hingga pekan pertama bulan Agustus lalu, kondisi ini menarik untuk dicermati. 

Menurutnya, koreksi tersebut terjadi beriringan dengan rilis beberapa data ekonomi penting AS, yang mana juga memiliki potensi untuk memberikan pengaruh signifikan pada dinamika di pasar kripto di sisa tahun ini.

“Situasi tersebut mengindikasikan bahwa sinyal recovery ini sepertinya akan cukup kuat untuk mendukung terjadinya reli lanjutan bagi pasar crypto dalam jangka waktu menengah,” kata Fahmi. 

Sedangkan untuk jangka waktu pendek, dia menambahkan, sinyal bullish masih relatif cukup lemah, meskipun tidak menutup kemungkinan keadaan dapat berubah sewaktu-waktu akibat perkembangan tertentu. 

Fahmi juga menyebutkan bahwa dalam kondisi ini, investor dapat memanfaatkan momentum untuk mengelola portfolio yang lebih aktif, serta menentukan posisi atau strategi untuk bisa lebih adaptif di tengah potensi dinamika tinggi yang ada.

“Investor perlu mengikuti perkembangan yang ada dan menginterpretasikannya secara tepat. Sebab, sedikit perbedaan situasi bisa berpotensi menimbulkan perbedaan dampak atau implikasi yang cukup signifikan,” tambah Fahmi. 

Untuk membantu investor mengevaluasi strategi investasi dan trading, investor dapat memantau performa portfolionya. Saat ini investor juga lebih mudah memantau rangkuman investasinya melalui fitur Portfolio Analysis yang tersedia di Reku.