JAKARTA - Bitcoin (BTC) sempat mengalami penurunan sekitar 15 persen pada Senin, 5 Agustus dari yang awalnya diperdagangkan di harga 59.500 dolar AS (Rp961 juta), ke level 49.079 dolar AS (Rp793 juta).
Penurunan harga Bitcoin dapat tergolong sangat cepat, sebab hanya dalam 24 jam, harga Bitcoin bisa merosot 15 persen. Namun, pada Rabu, 7 Agustus, Bitcoin telah sedikit pulih ke angka 56.000 dolar AS (Rp905 juta).
Menurut Crypto Analyst Reku Fahmi Almuttaqin, penurunan Bitcoin tersebut merupakan sesuatu yang menarik untuk dicermati lebih lanjut. Pasalnya, kejadian ini dapat dikatakan menjadi salah satu waktu terbaik untuk melakukan pembelian aset kripto di pasar.
“Investor dapat mengoptimalkan kondisi ini untuk membeli Bitcoin di harga yang relatif lebih rendah dari beberapa bulan sebelum penurunan drastis terjadi,” ujar Fahmi dalam keterangan tertulisnya.
Kendati demikian, Fahmi melihat optimisme para penambang Bitcoin (miner) masih terbilang relatif tinggi di mana hanya terjadi sedikit penurunan hash rate yang merupakan fluktuasi normal dan tidak mensinyalir adanya aksi pemberhentian operasi penambangan oleh para miner.
“Hal ini berbeda dengan penurunan hash rate yang cukup signifikan pada 23 Juni lalu. Dengan optimisme tersebut, membaiknya performa Bitcoin masih terbuka,” lanjut Fahmi.
BACA JUGA:
Fahmi juga mengatakan bahwa dengan tren bullish yang terlihat mampu bertahan terlepas dari tekanan jual yang ada di pasar, periode Agustus-September mungkin akan menjadi periode akumulasi oleh sebagian investor untuk bersiap menghadapi reli utama pada fase bullish kripto yang akan terjadi pasca perubahan arah kebijakan suku bunga The Fed.
“Investor bisa memantau pergerakan pasar dengan mencari sumber informasi yang mudah dimengerti dan sudah mencakup analisa pasarnya. Sebab, banyaknya faktor seringkali menghambat investor menyimpulkan situasi yang terjadi,” pungkasnya.