JAKARTA - Baru-baru ini, OJK memperkirakan nilai transaksi investasi kripto di Indonesia akan mencapai Rp1.000 triliun, meningkat lebih dari tiga kali lipat dibandingkan dengan nilai transaksi pada awal tahun 2024 yakni Rp301,75 triliun.
Merespon proyeksi tersebut, Robby selaku Chief Compliance Officer (CCO) Reku sekaligus Ketua Umum Aspakrindo-ABI mengatakan target tersebut sangat memungkinkan, mengingat semakin meningkatnya jumlah investor kripto di Tanah Air.
Lebih lanjut, Robby juga mengatakan pertumbuhan positif ini salah satunya didorong oleh sejumlah golongan seperti Gen Z dan millennials. Karena menurutnya, aset kripto merupakan aset investasi yang lebih fleksibel.
“Mereka bisa berinvestasi kripto mulai dari Rp5.000 seperti di Reku. Selain itu, transparansi aset kripto juga memungkinkan generasi muda bisa melakukan pengiriman dan penarikan transaksi melalui wallet masing-masing. Pengalaman ini yang sukar ditemukan pada instrumen investasi lainnya,” kata Robby.
Di Reku sendiri, golongan Gen Z dan milenial menempati salah satu porsi terbesar penggunanya. Di mana sebanyak 60 persen pengguna Reku merupakan generasi millenial dan Gen Z.
BACA JUGA:
“Hal tersebut semakin menunjukkan besarnya ketertarikan dan partisipasi generasi ini terhadap aset kripto. Terlepas volatilitas harga, faktor ini justru menjadi aspek yang menarik untuk trading jangka pendek dan memperoleh potensi return yang optimal,” imbuhnya.
Selain adopsi Gen Z dan milenial, regulasi turut menjadi faktor yang berpotensi mendorong transaksi kripto.
Robby berharap, ke depannya regulasi aset kripto bisa terus berlangsung secara win-win bagi seluruh stakeholders, baik investor, pedagang aset kripto lokal maupun global.