JAKARTA - Penangkapan Pavel Durov, pendiri Telegram, oleh otoritas Prancis pekan ini mengejutkan banyak pihak di dunia kripto. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya tekanan terhadap pengembang perangkat lunak terkait dengan aktivitas yang terjadi di platform mereka.
Penahanan Durov terjadi dalam konteks investigasi yang dimulai pada 8 Juli, di mana seorang individu yang tidak disebutkan namanya didakwa dengan berbagai kejahatan, termasuk menawarkan layanan kriptografi tanpa persetujuan pemerintah. Menurut jaksa Laure Beccuau, kasus ini menggarisbawahi tuduhan bahwa Telegram gagal melakukan moderasi konten dan tidak berkooperasi dengan otoritas, khususnya dalam memerangi penyebaran pornografi anak dan penggunaan platform untuk kejahatan seperti perdagangan narkoba dan pencucian uang.
Kasus ini mengingatkan banyak orang pada persidangan Alexey Pertsev, pengembang Tornado Cash, yang pada awal tahun ini dihukum lebih dari lima tahun penjara oleh pengadilan Belanda karena tidak bertanggung jawab atas transaksi ilegal yang dilakukan melalui alat mixer kripto otomatisnya.
BACA JUGA:
Dilansir dari DL News, Durov dan Telegram menolak tuduhan ini dengan keras. Dalam sebuah pernyataan, Telegram menyatakan bahwa “absurd” untuk menganggap bahwa platform atau pemiliknya bertanggung jawab atas penyalahgunaan platform oleh pengguna. Telegram juga menegaskan bahwa mereka mematuhi hukum Uni Eropa, termasuk Undang-Undang Layanan Digital, dan terus meningkatkan moderasi kontennya.
Namun, kasus ini memicu perdebatan lebih lanjut mengenai sejauh mana tanggung jawab pengembang untuk mengawasi aktivitas di platform mereka. Sejumlah pakar kripto menyuarakan kekhawatiran bahwa kasus ini bisa menjadi preseden buruk, di mana pengembang aplikasi dapat dipidana atas penggunaan platform mereka oleh pihak ketiga.
“Penangkapan Durov karena apa yang dilakukan orang lain dengan temuannya adalah preseden yang berbahaya,” tulis Jose Fabrega, kepala pemasaran di Metis, sebuah blockchain berbasis Ethereum, di media sosial. Kasus ini, tambahnya, memiliki kesamaan dengan kasus Tornado Cash.
Selain itu, banyak yang melihat kasus ini sebagai ujian bagi kebebasan berpendapat. Analis kripto Noelle Acheson menyebut tindakan terhadap Durov sebagai “serangan” terbaru terhadap kebebasan sipil. Ari Redbord, kepala kebijakan global di TRM, juga menyoroti implikasi internasional dari kasus ini, terutama ketegangan antara perlindungan kebebasan berbicara dan kebutuhan untuk memerangi aktivitas ilegal secara online.