Bagikan:

JAKARTA - SpaceX, perusahaan antariksa milik Elon Musk, akan melakukan uji coba teknologi baru dalam misi berjalan di luar angkasa pertama yang dilakukan oleh pihak swasta pada minggu depan. Misi ini dianggap sebagai salah satu misi paling berisiko yang pernah dilakukan oleh SpaceX, dengan penggunaan baju luar angkasa ramping dan kabin tanpa airlock (ruang kedap udara). Teknologi ini diharapkan dapat digunakan dalam misi masa depan ke bulan dan Mars.

Misi yang diberi nama Polaris Dawn ini akan diluncurkan pada Selasa, 27 Agustus, membawa empat kru yang terdiri dari pengusaha miliarder Jared Isaacman, mantan pilot militer Scott Poteet, serta dua insinyur senior SpaceX, Sarah Gillis dan Anna Menon. Mereka akan meluncur dengan wahana antariksa Crew Dragon yang telah dimodifikasi agar pintu kabinnya bisa dibuka di ruang hampa udara, memungkinkan para astronot melakukan spacewalk tanpa menggunakan airlock.

Setelah diluncurkan dari Bumi, kru akan mengorbit pada ketinggian maksimal 1.400 km dari permukaan bumi, jauh di luar ketinggian orbit Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) yang hanya 400 km. Misi ini akan berlangsung selama lima hari, dengan puncaknya adalah spacewalk selama 20 menit yang dijadwalkan pada hari ketiga.

Berbeda dengan spacewalk tradisional yang dilakukan di ISS, di mana hanya dua astronot yang keluar melalui airlock sementara kru lain tetap di dalam kabin bertekanan, misi Polaris Dawn akan mendesak udara keluar dari seluruh kabin Crew Dragon, sehingga semua kru akan bergantung sepenuhnya pada baju luar angkasa mereka untuk bertahan hidup. Dua anggota kru akan keluar dari wahana untuk melayang di ruang angkasa, sementara dua lainnya tetap berada di dalam kabin yang telah mengalami dekompresi total.

Proses persiapan spacewalk akan dimulai 45 jam sebelum pelaksanaan, di mana kru akan menjalani prosedur "pre-breathe," yaitu pengisian kabin dengan oksigen murni dan pengeluaran nitrogen dari udara. Proses ini penting untuk mencegah terbentuknya gelembung nitrogen di dalam darah yang dapat menyebabkan penyakit dekompresi, atau dikenal sebagai "the bends," yang juga sering dialami oleh penyelam.

Misi ini juga akan melibatkan berbagai eksperimen ilmiah, termasuk pemantauan kondisi tubuh kru menggunakan perangkat ultrasonik untuk mendeteksi pembentukan gelembung nitrogen. Eksperimen ini memberikan kesempatan langka bagi para peneliti untuk mempelajari bagaimana tubuh manusia beradaptasi dengan lingkungan antariksa yang ekstrem, termasuk di bulan atau wilayah antariksa yang lebih dalam.

Dengan ketinggian orbit yang lebih jauh dari ISS, kru Polaris Dawn juga akan menghadapi radiasi yang lebih intens dari sabuk radiasi Van Allen, yang dikenal dapat mengganggu elektronik dan berpotensi membahayakan kesehatan manusia. Uji coba ini penting untuk mengembangkan teknologi pelindung yang lebih baik untuk misi jangka panjang di luar angkasa.

Meskipun risiko tinggi, SpaceX dan kru telah mempersiapkan berbagai skenario darurat, seperti kebocoran oksigen atau kegagalan menutup kembali pintu kabin setelah spacewalk. Namun, mereka tidak merinci langkah-langkah spesifik yang akan diambil jika terjadi masalah.

Jared Isaacman, yang mendanai misi ini, mengatakan bahwa misi Polaris Dawn adalah bagian dari visi jangka panjang untuk membawa manusia lebih jauh ke luar angkasa, dengan target utama adalah bulan dan Mars. Sementara itu, mantan astronot NASA, Garrett Reisman, mengatakan bahwa meskipun misi ini sangat berisiko, kru telah dipersiapkan dengan baik dan siap menghadapi tantangan apa pun yang mungkin terjadi.

Dengan teknologi yang sedang diuji dalam misi ini, SpaceX berharap dapat membuat terobosan penting dalam eksplorasi antariksa, membawa manusia lebih dekat ke impian eksplorasi bulan dan Mars di masa depan.