Bagikan:

JAKARTA – Tanager-1, satelit pertama buatan Carbon Mapper Coalition, diluncurkan pada Jumat, 16 Agustus menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX. Satelit ini lepas landas dari Vandenberg Space Force Base.

Hampir tiga jam setelah peluncuran, tim yang mengendalikan dari darat berhasil terhubung dengan satelit tersebut. Tanager-1 sudah berada di Orbit Rendah Bumi (LEO) dan sedang dipersiapkan untuk mengukur titik emisi gas rumah kaca di Bumi.

Satelit ini membawa instrumen yang sangat penting, yaitu spektrometer pencitraan yang dikembangkan oleh NASA di Jet Propulsion Laboratory (JPL). Teknologi ini akan digunakan untuk mengukur emisi titik sumber metana dan karbon dioksida dalam skala global.

“Teknologi spektrometer pencitraan di wahana Tanager-1 merupakan hasil pengembangan selama empat dekade di NASA JPL dan benar-benar unggul di kelasnya sendiri,” kata Direktur JPL Laurie Leshin, dikutip dari situs resmi NASA.

Leshin mengatakan teknologi ini akan menjadi yang terdepan karena data sumber emisi gas rumah kaca yang disediakan sangat akurat secara global. Spektrometer pencitraan ini diyakini dapat bermanfaat bagi semua orang.

Setelah beroperasi, Tanager-1 akan memindai 130.000 kilometer wilayah permukaan Bumi setiap harinya. Seluruh data yang dikumpulkan akan dianalisis oleh para ilmuwan dari Carbon Mapper.

Mereka akan menganalisis gumpalan gas yang memiliki ciri khas spektral metana dan karbon dioksida yang unik, lalu sumbernya akan ditentukan. Data mengenai gumpalan, termasuk sumbernya, akan dipublikasikan di portal online data Carbon Mapper.