JAKARTA – NASA kembali melakukan analisis terhadap data suhu harian secara global. Hasil analisis terbaru menunjukkan bahwa 22 Juli tahun ini merupakan hari terpanas yang pernah tercatat oleh alat pengamatan.
Meski hari terpanas berada di 22 Juli, NASA mengatakan bahwa 21 dan 23 Juli telah melampaui rekor panas yang ditetapkan pada Juli tahun lalu. Rekor terbaru ini menunjukkan bahwa tren pemanasan akan terus terjadi karena emisi gas rumah kaca belum teratasi.
"Dalam tahun yang tercatat sebagai tahun terpanas hingga saat ini, dua minggu terakhir ini sangat brutal," kata Administrator NASA Bill Nelson. "NASA memberikan analisis kritis tentang bagaimana planet kita berubah dan bagaimana masyarakat setempat dapat bersiap."
Rekor hari terpanas ini ditemukan setelah ilmuwan NASA menganalisis data dari Retrospektif Era Modern untuk Penelitian dan Aplikasi Versi 2 (MERRA-2) dan Pemrosesan Maju Sistem Observasi Bumi Goddard (GEOS-FP).
BACA JUGA:
Kedua alat ini melakukan pengamatan secara global melalui instrumen di darat, laut, udara, hingga satelit dengan model atmosfer. MERRA-2 dan GEOS-FP dijalankan oleh Kantor Pemodelan dan Asimilasi Global (GMAO) di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard NASA.
Kedua model pengamatan ini menampilkan nilai suhu rata-rata harian secara keseluruhan. Tahun 1980 hingga 2022 berada di statistik yang aman, sedangkan tahun 2023 mulai mengalami peningkatan drastis.
Puncaknya berada di tahun ini. Tampilan statistik memperlihatkan bahwa suhu panas harian tahun ini telah melebihi tahun lalu. NASA mengatakan bahwa hasil analisis ini sesuai dengan analisis yang dilakukan oleh Program Observasi Bumi Copernicus milik Uni Eropa.