Bagikan:

JAKARTA – China ingin menjalin kerja sama dengan puluhan negara dalam membangun program International Lunar Research Station (ILRS). Hingga saat ini, China masih terbuka untuk bermitra dengan negara apa pun.

"Kami terbuka dan menerima kerja sama internasional dari semua negara, termasuk negara dari belahan bumi selatan, negara BRICS yang sedang berkembang, serta negara dari Barat," kata Wu Wieren, Kepala Program Eksplorasi Bulan China, kepada China Global Television Network.

Sejauh ini, China baru menjalin kesepakatan dengan 11 negara dan hampir 30 lembaga penelitian. Harapannya, jumlah negara dan lembaga penelitian yang bermitra akan meningkat hingga lima kali lipat ketika pangkalan stasiun bulan mulai dibangun.

"Kami berharap dapat bekerja sama dengan 50 negara dengan mengundang 500 lembaga penelitian ilmiah asing dan 5.000 personel penelitian ilmiah asing untuk bersama-sama membangun stasiun penelitian ilmiah bulan internasional kami," jelas Wu.

Sebelas negara yang telah bekerja sama dengan China adalah Venezuela, Belarus, Pakistan, Azerbaijan, Afrika Selatan, Mesir, Nikaragua, Thailand, Serbia, dan Kazakhstan. Turki mungkin akan menjadi negara kedua belas karena mereka telah mengajukan permohonan kerja sama.

Program ILRS pertama kali diungkapkan oleh China dan Rusia pada tahun 2021. Dukungan program ini berjalan dengan lambat karena invasi yang Rusia lakukan di Ukraina. Untuk mempercepat jalannya program ILRS, China memimpin misinya secara diplomatik.

Dilihat dari jumlah dukungan negaranya, program ini tertinggal jauh dari misi Artemis yang diinisiasi oleh NASA. Meski tujuan dari dua misi ini berbeda, China dan AS ingin membangun sejarah penting di Bulan dan melakukan penelitian ilmiah di sana.

Dengan didirikannya pangkalan bulan secara permanen, China ingin menyediakan listrik, komunikasi, dan berbagai infrastruktur lainnya di pangkalan tersebut. Nantinya, stasiun penelitian ini bisa digunakan untuk tempat penelitian para astronot maupun robot penjelajah.