JAKARTA – Ariane 6, roket milik Badan Antariksa Eropa (ESA), ditargetkan meluncur pada 10 Juli antara pukul 13.00 hingga 17.00 WIB. Roket ini akan lepas landas dari fasilitas peluncuran di Kourou, Guyana-Prancis.
Dengan panjang 56 meter, Ariane 6 dilengkapi dengan dua pendorong padat dan menggunakan mesin Vulcan 2.1 berbahan bakar hidrogen cair dan oksigen. Mesin yang digunakan Ariane 6 merupakan peningkatan dari roket generasi sebelumnya.
Roket ini mampu membawa beban hingga 10,3 ton ke Orbit Rendah Bumi (LEO), tetapi Ariane 6 tidak akan membawa banyak muatan. Peluncur ini hanya membawa beberapa satelit kecil dan objek eksperimen dari ESA, lembaga penelitian, universitas, dan lainnya.
Ini merupakan peluncuran pertama roket Ariane setelah penundaan selama empat tahun. Roket ini seharusnya terbang pada tahun 2022, menggantikan Ariane 5 yang sudah dipensiunkan dan lebih hemat biaya.
Peluncuran Ariane 6 sangat dinanti dan diantisipasi karena Eropa tidak memiliki roket peluncur selama bertahun-tahun. Meski keberhasilan dari peluncuran roket ini belum bisa dipastikan 100 persen, Ariane 6 sudah memiliki banyak pesanan.
BACA JUGA:
Roket ini memiliki 30 pesanan yang harus dikerjakan dan 18 di antaranya berasal dari Amazon yang ingin meluncurkan satelit ke konstelasi Kuiper. Satelit ini akan menjadi pesaing dari Starlink karena Amazon berencana menyediakan jaringan internet broadband.
Selama pengujian, Ariane 6 memiliki tingkat kegagalan yang tinggi. Oleh karena itu, Direktur Jenderal ESA, Josef Aschbacher, yakin bahwa peluncuran Ariane 6 yang pertama akan gagal dengan peluang hampir 50 persen.
"Secara statistik, ada kemungkinan 47% penerbangan pertama tidak akan berhasil atau terjadi sesuai rencana," kata Josef, dikutip dari Spacenews. Jika Ariane 6 gagal diluncurkan, roket ini akan diperbaiki terlebih dahulu sebelum lanjut ke peluncuran berikutnya.