Ilmuwan Ingin Memprediksi Aktivitas Korona Matahari Sebelum Gerhana Matahari Terjadi
Ilustrasi korona matahari (foto: dok. NASA)

Bagikan:

JAKARTA – Para ilmuwan akan menyelidiki banyak hal saat gerhana matahari total terjadi. Selain mengamati salah satu lapisan atmosfer di Bumi, para ilmuwan juga akan mengamati pergerakan korona matahari.

Korona, sebutan lain untuk mahkota matahari, terdiri dari untaian plasma panjang yang mengepul di permukaan Matahari. Untaian ini dibatasi oleh medan magnet yang sangat kuat sehingga untaiannya beriak dan strukturnya terus berevolusi.

Untaian ini sulit untuk diamati karena terlihat sangat samar. Satu-satunya cara untuk mengamati korona secara jelas, bahkan dengan mata telanjang, adalah dengan menunggu gerhana matahari total terjadi pada 8 April mendatang.

Sebelum memperhatikan pergerakan korona di hari terjadinya gerhana matahari, para ilmuwan dari Predictive Science ingin meneliti data korona yang sudah ada. Mereka menggunakan data dari Solar Dynamics Observatory (SDO) milik NASA.

Penelitian ini sengaja dilakukan agar para ilmuwan bisa memprediksi tampilan dan aktivitas korona di hari terjadi gerhana. Prediksi ini dipercaya mendekati hasil yang sesungguhnya karena data yang dikirimkan SDO selalu diperbarui.

Sejauh ini, SDO dan observatorium surya lainnya telah memberikan wawasan yang cukup rinci mengenai korona. Namun, para ilmuwan masih kekurangan beberapa informasi terkait kekuatan yang mendorong aktivitas mahkota tersebut.

Informasi mengenai kekuatan pendorong korona ini sangat diperlukan oleh para ilmuwan. Menurut pernyataan salah satu peneliti, dikutip dari blog NASA, informasi ini diperlukan agar para ilmuwan bisa memprediksi kemunculan korona dengan tepat.

"Kami tidak memiliki cara untuk mengukur medan magnet secara akurat di korona,” kata Ilmuwan Riset Predictive Science, Emily Mason." Itulah salah satu hal yang membuat hal ini sangat menantang.”

Mason pun menjelaskan bahwa rekan-rekannya menggunakan pengukuran perubahan medan magnet Matahari untuk menggerakkan model secara real-time. Mereka berusaha mengubah data mentah SDO untuk menunjukkan fluks dan energi dari dalam korona.

"Kami mengembangkan rangkaian perangkat lunak yang mengambil peta medan magnet, memilih semua area yang harus diberi energi, dan kemudian menyesuaikan jumlah energi untuk ditambahkan ke area tersebut,” jelas Mason.