JAKARTA - Dalam studi terbarunya yang bertajuk ‘The portrait of the modern Information Security professional’, Kaspersky mengkaji topik tentang alasan bisnis kekurangan pakar keamanan siber secara global.
Penelitian menyebutkan bahwa perusahaan berinvestasi dalam jumlah besar untuk meningkatkan keterampilan tim keamanan siber, di mana 43 persen organisasi mengaku biasanya menghabiskan antara 100.000 dan 200.000 dolar AS (Rp1,57-3,15 miliar) per tahun untuk kursus keamanan informasi.
Sementara 31 persen bahkan menginvestasikan lebih dari 200.000 dolar AS (Rp3,15 miliar) untuk program pelatihan, dan 26 persen sisanya menyatakan bahwa mereka biasanya membayar kurang dari 100.000 dolar AS (Rp1,57 miliar).
“Dengan lanskap ancaman yang terus berkembang, dunia bisnis harus terus meningkatkan keterampilan personel keamanan siber mereka agar siap menghadapi serangan siber yang canggih,” kata Veniamin Levtsov, VP, Pusat Keahlian Bisnis Korporat di Kaspersky.
BACA JUGA:
Kendati demikian, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa 39 persen profesional keamanan siber berpendapat kalau pelatihan korporat saja tidak cukup.
Agar tetap kompetitif di pasar dan terus memperbarui pengetahuan dan keterampilan, mereka bersedia membayar kursus pelatihan tambahan dengan uang mereka sendiri.
Sementara itu, 47 persen responden juga menyatakan bahwa peserta pelatihan cenderung melupakan apa yang dipelajari karena mereka tidak mempunyai kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang didapatkan, sehingga kursus tersebut tidak memberikan benefit signifikan.