NASA dan NOAA Berencana untuk Mengatasi Perubahan Iklim dengan Penyemaian Es di Atmosfer
NASA dan NOAA mengumumkan rencana yang ambisius untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dengan metode inovatif - dengan menyemai atmosfer dengan es. (foto: dok. nasa)

Bagikan:

JAKARTA - NASA dan Badan Oseanografi dan Atmosfer Nasional (NOAA) telah mengumumkan rencana yang ambisius untuk menghadapi tantangan perubahan iklim dengan metode inovatif - dengan menyemai atmosfer dengan es. Rencana ini, yang melibatkan kolaborasi antara dua lembaga penelitian terkemuka ini, bertujuan untuk mengurangi jumlah uap air di atmosfer yang bertanggung jawab atas efek rumah kaca dan pemanasan global.

Menurut rincian yang diungkapkan, metode ini melibatkan penggunaan pesawat yang akan terbang hingga 58.000 kaki di atas permukaan Bumi, jauh lebih tinggi dari pesawat komersial. Pesawat-pesawat ini akan menyemprotkan partikel es ke atmosfer bagian atas, di ketinggian sekitar 11 mil, dengan tujuan membekukan uap air sebelum berubah menjadi gas rumah kaca yang mempercepat pemanasan global.

Rencana tersebut telah mengidentifikasi wilayah yang tepat untuk penyemaian es, yaitu Western Pacific Cold Point (WCP), sebuah area atmosfer seukuran Australia. WCP dipilih karena merupakan tempat di mana uap air masuk ke stratosfer, dan dengan mendinginkan udara lewat penyemaian es, diharapkan dapat mengurangi jumlah uap air yang berpotensi memperparah efek rumah kaca.

Dalam penelitian yang mendukung rencana ini, para ilmuwan menggunakan model komputer untuk mensimulasikan kondisi WCP. Hasil simulasi menunjukkan bahwa dengan melepaskan dua ton partikel es setiap minggu, dapat terjadi penurunan suhu sebesar 10 persen di wilayah tersebut.

“Ini bukan sesuatu yang bisa kita terapkan sekarang.  Ini tentang mengeksplorasi apa yang mungkin dilakukan di masa depan dan mengidentifikasi arah penelitian,” Joshua Schwarz, seorang fisikawan NOAA.

Schwarz mencatat bahwa upaya ini tidak akan meniadakan efek dari karbon dioksida (CO2) dan hanya akan mendinginkan atmosfer 1/70 yang setara dengan jumlah panas yang diberikan oleh CO2.

Meskipun rencana ini terbilang ambisius, para peneliti mengakui bahwa upaya ini tidak akan mengatasi masalah akar perubahan iklim, yaitu emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2). Namun demikian, mereka percaya bahwa ini dapat menjadi tambahan strategi dalam kotak alat untuk mengatasi perubahan iklim, bersama dengan upaya yang lebih besar untuk mengurangi polusi karbon.

Namun, rencana tersebut juga menuai kontroversi dan keprihatinan dari beberapa ahli. Beberapa ilmuwan mengkhawatirkan kemungkinan adanya efek samping yang tidak terduga atau bahkan efek negatif yang lebih besar sebagai hasil dari intervensi manusia yang besar terhadap atmosfer Bumi.

Sementara itu, para peneliti menegaskan bahwa ini adalah langkah awal dalam mengeksplorasi potensi solusi baru untuk mengatasi perubahan iklim, dan bahwa studi lebih lanjut dan pengembangan teknologi akan diperlukan sebelum rencana ini dapat diimplementasikan.

Ahli kimia atmosfer Institut Oseanografi Scripps, Lynn Russell, yang tidak terlibat dalam penelitian, mengatakan bahwa ide ini layak untuk diperiksa, tetapi menurutnya studi ini tidak memberikan banyak jawaban mengingat semua ketidakpastiannya.

Terkait