JAKARTA - Apple menghadirkan ratusan aplikasi di Vision Pro, perangkat dengan teknologi komputer spasial. Dengan menggabungkan aplikasi asli dan serapan dari iPad, perangkat ini memiliki 692 aplikasi.
Vision Pro menghadirkan potensi yang besar bagi para pengembang aplikasi untuk menghasilkan uang. Namun, perangkat ini juga memberikan tantangan yang cukup sulit karena mayoritas aplikasi di Vision Pro merupakan aplikasi berbayar.
Berdasarkan data Appfigures, platform analisis teknologi, 52 persen aplikasi Vision yang asli harus membayar saat ingin mengunduh. Namun, dari 35 persen aplikasi yang tidak memerlukan biaya unduhan, 13 persen di antaranya perlu berlangganan.
Sementara itu, 17 persen aplikasi serapan dari iPad atau iPhone memerlukan bayaran sebelum diunduh. Angka tersebut tidak sebanyak aplikasi asli di visionOS, tetapi 58 persen aplikasi lebih mengandalkan monetisasi melalui sistem berlangganan.
BACA JUGA:
Analisis Appfigures menunjukkan bahwa para pengembang harus bersaing satu sama lain untuk menarik para pelanggan yang menggunakan Vision Pro. Namun, mereka belum tentu untung karena banyak orang yang tak menyukai pembayaran di muka.
Dari sisi pengguna, banyaknya aplikasi berbayar merupakan kabar buruk. Teknologi komputer spasial ini dibanderol dengan harga Rp55 juta. Mengingat harganya yang tidak murah, beberapa pengguna mungkin menganggap aplikasi berbayar sebagai beban.
Dahulu, App Store di iPhone dan iPad memiliki masalah serupa. Banyak aplikasi yang membutuhkan biaya di muka atau berlangganan. Jumlah aplikasi tersebut perlahan menurun sehingga diharapkan hal serupa bisa terjadi di perangkat Vision Pro.