JAKARTA – Center for Countering Digital Hate (CCDH), perusahaan nirlaba penyaring informasi, mengatakan bahwa narasi perubahan iklim semakin meningkat di YouTube, tetapi menyesatkan.
Dahulu, masyarakat lebih sering menyebarkan disinformasi mengenai perubahan iklim yang tidak terjadi atau bukan disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil. Sekarang, informasi seperti itu akan sulit dipercaya sehingga para penyangkal ini menggunakan strategi baru.
Menurut CCDH, masyarakat lebih percaya dengan informasi yang mendukung perubahan iklim. Pasalnya, miliaran orang telah merasakan dampak nyata dari perubahan iklim seperti panas esktrem, kekeringan, kebakaran hutan, hingga banjir besar.
Oleh karena itu, para penyangkal ini berpura-pura mendukung perubahan iklim. Mereka membuat narasi kebohongan yang berkaitan dengan pemanfaatan energi ramah lingkungan dan beberapa kebijakan yang digerakkan untuk mengurangi polusi.
Para penyangkal ini juga memfitnah para ilmuwan dan aktivis yang mendorong perubahan dengan mengatakan bahwa tindakan mereka menyebabkan perubahan iklim semakin memburuk. Padahal, semua narasi yang disampaikan tidak benar.
BACA JUGA:
Untuk membuktikan bahwa narasi perubahan iklim yang menyesatkan semakin meningkat di YouTube, CCDH melakukan penelitian inovatif dengan dukungan Kecerdasan Buatan (AI) pada tahun 2023.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa narasi perubahan iklim yang menyesatkan telah meningkat hingga 70 persen dari tahun-tahun sebelumnya. Narasi penolakan semacam ini hanya mencapai 35 persen di tahun 2018.
Mirisnya, beberapa narasi perubahan iklim yang menyesatkan ini masih diiklankan walaupun YouTube memiliki kebijakan yang berbunyi, "melarang iklan dan monetisasi konten yang bertentangan dengan konsensus ilmiah."
CEO CCDH, Imrah Ahmed, mengatakan bahwa informasi buruk seperti ini tidak seharusnya dibiarkan. Oleh karena itu, perusahaan nirlaba tersebut mendesak YouTube atau Google untuk menolak berbagai macam monetisasi konten penolakan iklim.