JAKARTA - Bitcoin (BTC) memulai tahun 2024 dengan positif, dengan harga melonjak lebih dari 45.000 dolar AS (Rp698 juta). Namun, tidak bertahan lama, karena Bitcoin turun tajam pada Rabu 3 Januari.
Kendati demikian, Bitcoin mampu rebound dari level di bawah 41.000 dolar AS (Rp636 juta) ke kisaran 42.000 dolar AS (Rp652 juta) pada Kamis 4 Januari.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menilai Bitcoin masih berusaha mati-matian untuk kembali ke level 43.000 dolar AS (Rp667 juta). Karena saat ini, BTC berada pada titik krusial, dengan berada di antara dua dinding pasokan penting.
Menurutnya, Bitcoin memiliki support kokoh di antara level 41.200 dan 42.400 dolar AS (Rp639 juta dan Rp655 juta), di mana level support ini juga diperkuat oleh likuiditas pasar Bitcoin yang masih besar.
“Sebelumnya penurunan tajam ini membuat berkurangnya nilai BTC dan investor dan trader mengurangi eksposur baik pada sisi panjang maupun pendek," jelas Fyqieh dalam keterangannya.
Selain itu, Fyqieh menyebutkan bahwa persetujuan ETF Bitcoin spot juga bisa menjadi katalis positif bagi harga Bitcoin. Karena, persetujuan ETF ini akan membuka akses bagi investor institusional untuk berinvestasi di BTC, yang berpotensi meningkatkan permintaan dan mendorong harga.
Namun, Fyqieh melihat banyak pandangan yang melihat bahwa persetujuan ETF juga bisa menjadi peristiwa “Buy Rumor, Sell The News,” di mana akan ada potensi penurunan saat kabar persetujuan keluar. Saat ini keuntungan trader mencapai titik yang biasanya diikuti oleh penurunan harga.
BACA JUGA:
Secara keseluruhan, Fyqieh memperkirakan bahwa harga Bitcoin akan tetap volatil di awal tahun 2024. Kemungkinan besar, Bitcoin akan bergerak di kisaran 40.000 - 45.000 dolar AS atau Rp621 - 698 juta.
Namun, potensi besarnya setelah ETF disetujui akan ada kenaikan harga BTC di range high, Fyqieh menetapkan batas pada 48.000 hingga 51.000 dolar AS (Rp745-792 juta), dimana pada titik ini diperkirakan bakal ada resisten kuat.