JAKARTA - Elon Musk, pendiri dan CEO perusahaan teknologi X, baru-baru ini menyatakan dukungannya terhadap inskripsi ordinal, sebuah metode untuk membuat aset digital unik di blockchain Bitcoin. Informasi saja, ordinal merupakan seni digital yang tersimpan di jaringan Bitcoin, sementara NFT dikembangkan di jaringan Ethereum.
Dalam sebuah postingan di platform media sosial X, Musk mengomentari permasalahan yang dihadapi oleh non-fungible token (NFT) dan bagaimana mereka bisa terhubung dengan konten yang tidak dimiliki oleh pembuatnya. Musk menyarankan agar NFT berbentuk jpeg disimpan di blockchain, sama seperti inskripsi ordinal.
NFT adalah aset digital yang menawarkan identitas unik sehingga tidak akan bisa diduplikasi. NFT bisa berupa karya seni, musik, video, atau apapun yang bisa direpresentasikan secara digital. NFT biasanya dibuat dan diperdagangkan di berbagai platform khusus, seperti OpenSea, Rarible, Nifty Gateway atau platform perdagangan NFT lain.
Menariknya, Elon Musk menilai NFT memiliki kelemahan, yaitu mereka tidak selalu tersimpan di blockchain, melainkan hanya berupa tautan ke situs web yang menyimpan file aslinya.
BACA JUGA:
Musk mengkritik NFT dalam podcast Joe Rogan Experience. Ia berkata: “Hal yang paling lucu adalah bahkan NFT tidak ada di blockchahin, NFT hanya URL ke JPEG.”
Musk kemudian mengusulkan agar NFT disimpan di blockchain, dengan mengatakan: “Setidaknya, simpan jpeg di blockchain!”
Hal ini sejalan dengan konsep inskripsi ordinal, yang diperkenalkan pada Januari 2023 sebagai cara untuk membuat NFT berbasis Bitcoin. Inskripsi ordinal adalah sistem penomoran dengan menggunakan pecahan terkecil dari Bitcoin yang disebut Satoshi. Pecahan terkecil bernilai 0,00000001 BTC.
Dengan inskripsi ordinal, pengguna bisa melampirkan data tambahan, seperti gambar atau teks, ke setiap satoshi, dan melacaknya di seluruh transaksi. Dengan demikian, inskripsi ordinal menciptakan artefak digital yang disimpan di blockchain Bitcoin dan bersifat unik, tidak dapat berubah, dan selalu on-chain.
Inskripsi ordinal telah menarik minat banyak orang, terutama para penggemar Bitcoin. Hingga Desember 2023, ada lebih dari 15 juta inskripsi ordinal di blockchain Bitcoin, dengan total biaya sekitar 1.756 BTC, atau sekitar Rp 27,1 miliar (Rp 15.440.000 per dolar AS). Inskripsi ordinal juga mengalami perkembangan teknologi, seperti inskripsi rekursif, yang memungkinkan inskripsi saling terhubung dan menyimpan data yang lebih besar dari batas 4 MB.