Bagikan:

 

JAKARTA – Setelah menyelesaikan kasus antimonopoli dengan Epic Games dan puluhan negara bagian di Amerika Serikat, kini Google memutuskan untuk menyelesaikan kasus incognito mode.

Incognite mode merupakan fitur samaran di Chrome untuk menyembunyikan seluruh aktivitas dan riwayat penjelajahan. Pada tahun 2020, Google dituduh melacak dan mengumpulkan data orang yang menggunakan mode samaran tersebut.

Melalui gugatan class action, Google dianggap telah melanggar undang-undang penyadapan telepon karena menggunakan Google Analytics atau Ad Manager untuk mengumpulkan data dari incognito mode. Padahal, fungsi dari incognito mode adalah merahasiakan aktivitas pengguna.

Awalnya, Google membantah tuduhan tersebut dan mengeluarkan mosi bahwa mereka selalu memberikan peringatan di incognito mode. Peringatan itu menunjukkan bahwa aktivitas pengguna masih terlihat di situs web yang dikunjungi, tetapi mosi ini ditolak oleh Hakim Yvonne Gonzalez Rogers.

“Karena Google tidak pernah secara eksplisit memberi tahu pengguna bahwa mereka melakukan hal tersebut, Pengadilan tidak dapat memutuskan secara hukum bahwa pengguna secara eksplisit menyetujui pengumpulan data yang dipermasalahkan,” ujar Rogers, dikutip VOI dari Arstechnica.

Setelah kasusnya berjalan lebih dari tiga tahun, Google akhirnya berhenti untuk membela diri. Mereka tidak akan melanjutkan kasus tersebut di persidangan dan memutuskan untuk menandatangani perjanjian penyelesaian kasus.

Meski Google dan penggugat telah setuju untuk menyelesaikan kasus, ketentuan untuk penyelesaian kasus tersebut belum dipublikasikan. Perjanjian akan diserahkan ke pengadilan pada akhir Januari dan pengadilan akan memberikan persetujuan pada akhir Februari.