Google Kalah Lawan Epic Games di Sidang Antimonopoli karena Tiga Alasan Ini
Google kalah lawan Epic Games (foto: dok. Google)

Bagikan:

JAKARTA – Pada Selasa, 12 Desember lalu, Epic Games berhasil mengalahkan Google di sidang antimonopoli. Ini merupakan kabar yang baik karena Epic Games telah kalah saat melawan Apple.

Epic menuntut dua perusahaan big tech pada tahun 2020, yaitu Apple dan Google. Tuntutan ini didasari oleh penghapusan gim Fortnite di App Store dan Play Store setelah Epic Game memasang sistem pembayaran dari pihak ketiga.

Meski titik permasalahannya sama, ada beberapa alasan yang membuat Google tidak bisa menang seperti Apple. Berikut ini merupakan beberapa alasan di balik kekalahan Google saat melawan Epic, mengutip dari The verge.

Kontrak Kesepakatan yang Tidak Adil

Sidang antimonopoli Epic dan Google beberapa waktu lalu mengungkapkan bahwa Google dan Spotify memiliki kesepakatan khusus yang dirahasiakan. Temuan ini menjadi salah satu alasan mengapa Google bisa kalah di persidangan.

Secara tidak adil, Spotify menggunakan sistem pembayaran sendiri dan tidak perlu membayar ke Google. Padahal, aplikasi lain di Play Store wajib membayar 11 persen dari pendapatan mereka jika mereka menggunakan sistem pembayaran sendiri.

Selain Spotify, Google juga menawarkan kesepakatan spesial ke Netflix. Secara khusus, Netflix hanya perlu membayar 10 persen dari pendapatan mereka di Play Store, tetapi perusahaan lain wajib menyisihkan 15 persen dari pendapatan mereka.

Kesepakatan ini cukup menggiurkan, tetapi Netflix menolaknya dan tetap membayar dengan persentase normal. Atas penawaran spesial ini, Google dianggap memperlakukan para pengembang aplikasi di Play Store secara tidak adil.

Kesepakatan Special yang Terus Ditutupi

Google berulang kali menjelaskan di persidangan bahwa mereka melarang penggunaan aplikasi pihak ketiga karena ingin bersaing dengan iPhone. Mereka tidak menghalangi pihak ketiga demi memonopoli bisnis.

Namun, seluruh penjelasan Google langsung dipatahkan karena temuan email dan rencana internal perusahaan. Terungkap bahwa para eksekutif Google ingin menghalangi kesuksesan pihak ketiga dengan cara memblokirnya.

Atas upaya ini, para juri yakin bahwa Google memang ingin menguntungkan diri sendiri. Terlelbih lagi, Google berusaha keras menutupi kesepakatannya dengan Spotify, padahal kesepakatan ini merupakan bukti yang kuat bahwa Google berusaha memonopoli pasar.

Google Hilangkan Bukti Secara Permanen

Alasan lain yang membuat Epic menang saat melawan Google adalah bukti komunikasi Google Chat yang dihapus. Tidak diketahui isi dari komunikasi di aplikasi tersebut, tetapi pihak Epic mengatakan bahwa buktinya bisa merugikan Google.

Tindakan nyata penghapusan ini berhasil memberatkan Google. Ditambah lagi, Hakim James Donato mengingatkan berulang kali kepada juri bahwa Google terbukti menghapus bukti secara sengaja demi menghindari proses litigasi.

Sebenarnya, komunikasi ini tidak dihapus dengan sengaja, tetapi berdasarkan sistem. Setiap 24 jam sekali, obrolan satu lawan satu bagi karyawan maupun CEO Google akan terhapus secara otomatis untuk menghilangkan percakapan tertentu.

Atas kebijakan penghapusan ini, juri menyadari ada yang salah dengan kebijakan Google. Mereka juga tidak mempercayai pengakuan CEO Google Sundar Pichai selama persidangan sehingga memberikan kemenangan ke Epic.