Samsung dan Qualcomm Menentang Pilihan India terkait Teknologi Siaran TV Langsung pada Ponsel
Menonton televisi di ponsel dinilai akan memberatkan kondisi baterai. (foto: dok. pexels)

Bagikan:

JAKARTA - Samsung dan Qualcomm termasuk di antara perusahaan teknologi yang menentang pilihan pemerintah India terkait teknologi untuk membawa siaran TV langsung ke ponsel pintar. Mereka berargumen bahwa perubahan perangkat keras yang diperlukan akan meningkatkan biaya perangkat sebesar 30 dolar AS (Rp468 ribu).

India sedang mempertimbangkan kebijakan untuk mewajibkan perlengkapan ponsel pintar dengan perangkat keras untuk menerima sinyal TV langsung tanpa perlu jaringan seluler. Mereka telah mengusulkan penggunaan teknologi bernama ATSC 3.0 yang populer di Amerika Utara yang memungkinkan penentuan geolokasi yang tepat dari sinyal TV dan memberikan kualitas gambar yang tinggi.

Namun, perusahaan-perusahaan tersebut mengatakan ponsel pintar yang sudah ada di India tidak dilengkapi untuk bekerja dengan ATSC 3.0. Menurut mereka upaya untuk menambahkan kompatibilitas tersebut akan meningkatkan biaya setiap perangkat sebesar 30 dolar AS karena perlu menambahkan lebih banyak komponen. Beberapa khawatir bahwa rencana manufaktur mereka yang sudah ada dapat terganggu.

Dalam surat bersama kepada Kementerian Komunikasi India, Samsung, Qualcomm, dan produsen perangkat telekomunikasi Ericsson dan Nokia mengatakan penambahan penyiaran langsung ke perangkat seluler juga dapat merusak kinerja baterai perangkat dan penerimaan seluler.

"Kami tidak menemukan alasan untuk melanjutkan diskusi tentang adopsi ini," demikian surat yang tanggal 17 Oktober dan ditinjau oleh Reuters.

Keempat perusahaan tersebut dan Kementerian Komunikasi India tidak menanggapi permintaan komentar. Usulan ini masih dalam tahap pertimbangan dan bisa berubah, serta tidak ada jadwal yang pasti untuk pelaksanaannya.

Siaran digital saluran TV pada ponsel pintar telah menjadi pilihan yang terbatas di negara-negara seperti Korea Selatan dan Amerika Serikat. Namun aplikasi ini belum mendapatkan perhatian besar karena kurangnya perangkat yang mendukung teknologi tersebut, kata para eksekutif.

Perlawanan terhadap kebijakan ini adalah yang terbaru dari perusahaan yang beroperasi di sektor ponsel pintar India. Dalam beberapa bulan terakhir, mereka menentang langkah India untuk membuat ponsel kompatibel dengan sistem navigasi buatan dalam negeri dan proposal lain untuk mewajibkan pengujian keamanan untuk handset.

Bagi pemerintah India, fitur siaran TV langsung adalah cara untuk mengurangi kepadatan di jaringan telekomunikasi akibat konsumsi video yang lebih tinggi.

India Cellular and Electronics Association (ICEA), kelompok advokasi produsen ponsel pintar yang mewakili Apple dan Xiaomi serta perusahaan lain, menentang langkah ini secara pribadi dalam surat pada 16 Oktober, dengan mengatakan bahwa belum ada produsen ponsel utama secara global yang saat ini mendukung ATSC 3.0.

Samsung mendominasi pasar ponsel pintar India dengan pangsa sebesar 17,2%, sementara Xiaomi mengikuti dengan pangsa sebesar 16,6%, menurut firma riset Counterpoint. Apple memiliki pangsa 6%.

"Inklusi teknologi yang belum terbukti dan diterima secara global ... akan menghambat laju manufaktur domestik," kata surat ICEA, dikutip VOI dari Reuters.