JAKARTA - Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) saat ini sedang mengamati permukaan Ganymede, bulan Jupiter terbesar yang mengalahkan ukuran planet Merkurius.
Dengan menggunakan spektrometer Jovian InfraRed Auroral Mapper (JIRAM) di pesawat Juno, NASA ingin mengamati lebih jauh mengenai asal-usul Ganymede dan komposisi laut di dalamnya.
Sebelum menggunakan Juno, NASA sempat mengamati permukaan Ganymede dengan menggunakan pesawat Galileo, Teleskop Luar Angkasa Hubble, dan Very Large Telescope (VLT) milik Observatorium Selatan Eropa (ESO).
Hasil pengamatannya menunjukkan bahwa Ganymede memiliki garam dan bahan organik di dalam permukaannya. Namun, resolusi dari hasil pengamatan masih sangat rendah sehingga NASA perlu melakukan pengamatan lanjutan.
Maka dari itu, Juno diterbangkan ke atas Ganymede sejak tahun 2021. Pesawat ini terus merekam permukaan bulan Ganymede melalui jarak minimal 1.046 kilometer dan hasilnya cukup memuaskan.
BACA JUGA:
Spektrometer dari JIRAM berhasil mengumpulkan data dengan resolusi terbaik. Melalui data ini, para ilmuwan bisa mendeteksi dan menganalisis berbagai material air, termasuk natrium klorida terhidrasi, amonium klorida, natrium bikarbonat, dan aldehida alifatik.
“Keberadaan garam amonia menunjukkan bahwa Ganymede mungkin telah mengumpulkan material yang cukup dingin untuk mengembunkan amonia selama pembentukannya,” kata peneliti Juno, Federico Tosi, dalam rilis NASA.
Sejauh ini, Juno berhasil menemukan garam dan bahan organik dalam jumlah besar di beberapa daerah Ganymede, seperti daerah gelap dan terang di garis lintang yang terlindungi medan magnet.
Garam karbonat yang mereka temukan dipercaya sebagai sisa-sisa es yang kaya akan karbon dioksida. Jika garam-garam ini terbukti berasal dari es, NASA mungkin akan melanjutkan pengamatan untuk mencari air laut asin di bawah permukaan.