Bagikan:

JAKARTA – Maraknya pemberitaan yang mengenai peran kripto dalam pendanaan terorisme, dibantah oleh sejumlah pihak termasuk Wakil Menteri Keuangan Amerika Serikat, Wally Adeyemo.

Dia mengungkapkan pandangannya mengenai peran mata uang kripto dalam pendanaan kelompok teroris dalam wawancara dengan Pusat Kejahatan Keuangan dan Studi Keamanan Royal United Services Institute (RUSI).

Beberapa laporan media, termasuk Wall Street Journal, sebelumnya menyebut bahwa Hamas mengumpulkan jutaan dolar dalam bentuk mata uang kripto. Namun, perusahaan analisis data blockchain Elliptic menjelaskan bahwa laporan tersebut salah menginterpretasi data, dan tidak ada bukti yang mendukung klaim bahwa Hamas menerima dana besar dalam bentuk mata uang kripto.

Adeyemo mengklarifikasi dalam wawancara tersebut bahwa penggunaan mata uang kripto bukanlah metode utama pendanaan kelompok-kelompok teroris. Ia menjelaskan bahwa kelompok-kelompok tersebut masih lebih banyak menggunakan sistem perbankan tradisional dalam kegiatan pendanaannya.

Namun, Adeyemo juga mencatat bahwa kelompok-kelompok teroris berevolusi dan mulai memanfaatkan teknologi modern, termasuk aplikasi pembayaran seperti Venmo dan Paypal. Pemerintah AS bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan tersebut untuk mencegah penyalahgunaan teknologi ini oleh kelompok-kelompok teroris.

Dia menggarisbawahi bahwa evolusi terus berlanjut, dan saat ini kripto menjadi sumber berikutnya. Pemerintah AS berupaya mencegah kripto digunakan dan disalahgunakan oleh kelompok teroris di masa depan.

Adeyemo menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah dan industri kripto untuk mencegah penyalahgunaan mata uang kripto oleh kelompok teroris. Pemerintah AS juga telah mengambil tindakan untuk mengawasi aktivitas pencampur mata uang kripto dalam upaya mencegah pendanaan terorisme.