Bagikan:

JAKARTA - Binance, pertukaran kripto global terkemuka, telah menutup lebih dari 100 akun sebagai respons terhadap serangan yang dilakukan oleh kelompok Hamas ke Israel pada awal bulan ini. Penutupan tersebut didorong oleh aparat Israel.

Menurut laporan terbaru dari Financial Times, lembaga penegak hukum Israel telah memerintahkan penutupan dan penyitaan kripto senilai jutaan dolar AS dalam upaya untuk memotong pendanaan kepada kelompok militan Palestina.

Sebelumnya, Hamas telah mengajak para pendukungnya untuk mengirimkan Bitcoin (BTC) sebagai bagian dari upaya mereka untuk menghindari sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat.

Sumber yang sama juga melaporkan bahwa pihak berwenang Israel telah meminta informasi terkait dengan hingga 200 akun kripto tambahan yang diduga terlibat dalam transaksi tersebut. Mayoritas akun tersebut juga dilaporkan dibuat di platform Binance.

Dalam sebuah pernyataan kepada Financial Times, Binance mengonfirmasi bahwa mereka telah memblokir "sejumlah kecil" akun terkait dengan tindakan tersebut. Namun, Binance bukan satu-satunya yang merespons serangan ini.

Pada hari Senin, penerbit stablecoin USDT, Tether, mengumumkan bahwa mereka telah membekukan 32 alamat kripto yang "terkait dengan terorisme dan konflik di Israel dan Ukraina." Alamat-alamat tersebut dilaporkan berisi lebih dari $870.000 (sekitar Rp12,6 miliar).

CEO Tether, Paolo Ardoino, menegaskan pandangan bahwa kripto tidak boleh digunakan sebagai alat oleh penjahat. Dalam pernyataannya, dia mengatakan, "Tether tetap berkomitmen untuk mempromosikan penggunaan teknologi blockchain yang bertanggung jawab dan berdiri sebagai pertahanan yang kuat terhadap kejahatan dunia maya. Kami sangat menantikan kolaborasi berkelanjutan dengan lembaga penegak hukum global sebagai bagian dari komitmen kami terhadap keamanan global dan integritas keuangan."