Bagikan:

 

JAKARTA - Laboratorium Fisika Terapan Johns Hopkins (APL) masih melakukan pengujian pada Dragonfly, pendarat drone bertenaga nuklir dengan ukuran sebesar mobil milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika (NASA).

Pengujian ini perlu dilakukan sebelum drone Dragonfly melintasi langit Titan, bulan dari Saturnus, untuk menyelidiki senyawa kimia kompleks yang berkaitan dengan awal mula kehidupan.

APL, pengembang dan pengoperasi Dragonfly, harus memastikan kebutuhan dari kendaraan ini. Mereka harus memastikan bahwa kamera, sensor, dan sampler untuk menyelidiki Titan telah terpasang di Dragonfly.

Sejauh ini, dua uji coba telah dilakukan di Terowongan Subsonik Langley berukuran 14 kali 22 kaki dan di Terowongan Dinamika Transonik (TDT) berukuran 16 kaki. Masing-masing pengujian memiliki tujuan yang berbeda.

Terowongan Subsonik dipakai untuk memvalidasi model dinamika fluida komputasi dan data yang terkumpul melalui platform pengujian terintegrasi, sementara TDT digunakan untuk memvalidasi modelnya dalam simulasi kondisi atmosfer Titan.

Melalui dua pengujian ini, APL fokus pada dua konfigurasi, yaitu pendaratan Dragonfly dan transisi penerbangan bertenaga saat mendarat di Titan serta penerbangan maju di atas permukaan Titan.

Pemimpin pengujian Bernadine Juliano mengatakan bahwa pihaknya menguji kondisi untuk melihat jangkauan penerbangan yang diharapkan, seperti kecepatan angin, kecepatan rotor, dan sudut penerbangan untuk menilai kinerja aerodinamis dari kendaraan.

“Kami menyelesaikan lebih dari 700 total proses, yang mencakup lebih dari 4.000 titik data individu. Semua tujuan pengujian berhasil dicapai dan datanya akan membantu meningkatkan kepercayaan pada model simulasi kami di Bumi sebelum melakukan ekstrapolasi ke kondisi Titan,” kata Juliano.

Saat ini, APL sedang menganalisis data uji 14-kali-22 bersama seluruh mitra dari misi Dragonfly, di antaranya University of Central Florida, Penn State University, Lockheed Martin Sikorsky, NASA Langley, dan NASA Ames Research Center.